KEPANJEN – Tempat wisata di Kota Batu dan Kota Malang berangsur pulih dengan naiknya angka kunjungan. Namun hal itu belum dirasakan di pesisir Malang selatan. Deretan destinasi wisata pantai masih sepi, bahkan saat akhir pekan atau pada momen libur nasional. Kondisi tersebut terlihat sejak libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) hingga libur Imlek. Pengelola tempat wisata pantai yang mengeluhkan sepinya kunjungan.
Seperti di Pantai Balekambang, Kecamatan Bantur saat libur Imlek, jumlah pengunjung yang datang tak sampai 500 orang. Padahal sebelumnya, momentum libur nasional jumlah pengunjung yang datang mencapai ribuan. ”Saat libur Imlek kemarin jumlah pengunjung Pantai Balekambang sekitar 300-an orang. Sedikit sekali,” terang Sujono, Pengelola Pantai Balekambang PD Jasa Yasa. Perhutani KPH Malang yang membawahi pengelolaan wisata pantai di sepanjang pesisir Malang selatan juga merasakan dampaknya. Angka kunjungan wisatawan sulit diprediksi.
Sebab, tren wisata di Malang sudah bergeser. Berbagai isu bencana sampai cuaca labil turut memengaruhi animo masyarakat untuk berkunjung ke pantai Malang selatan. “Kami belum bisa pastikan 2023 adalah masa kebangkitan wisata pantai selatan di Malang. Sebab, banyak persoalan dan kendala untuk membangkitkan minat warga ke pantai,” ujar Wakil Administratur Perhutani KPH Malang Hermawan. Ini terlihat dari tren wisata pantai selatan yang mengalami penurunan pengunjung sepanjang tahun 2022 lalu.
Jumlah wisatawan yang datang masih jauh dari harapan dibandingkan waktu sebelum pandemi Covid-19. Menurut Hermawan, tahun 2022 lalu, jumlah pengunjung masih terbilang lumayan ketimbang era 2020, apalagi 2021. “Sepanjang tahun, pengunjung wisata di wilayah Perhutani sekitar 1 juta orang lebih sedikit. Ini lebih baik dari tahun 2020-2021 yang ada pembatasan. Tetapi, itu masih jauh dibandingkan masa sebelum pandemi,” kata Hermawan. Seluruh pantai Malang selatan berada di wilayah Perhutani KPH Malang. Kebanyakan, pengelolaannya bermitra dengan desa, BUMDes atau investor. Kecuali dua pantai yang berada di bawah PD Jasa Yasa.
Yakni, Pantai Balekambang dan Ngliyep. “Isu tsunami turut menghambat minat warga datang. Apalagi, pantai selatan itu sebenarnya bukan tempat wisata bermain air. Gelombangnya ganas dan berbahaya. Kemudian, ada isu gempa. Ini bisa dilihat dari angka pengunjung wisata pantai saat tahun baru yang zonk atau sepi banget,” jelasnya. Untuk meningkatkan angka kunjungan wisata, Hermawan menyatakan pihaknya menerima sejumlah masukan berharga. Pertama, aksesibilitas dan kondisi jalan yang harus dibenahi. Kedua, penyiapan penginapan-penginapan di wilayah Jalur Lintas Selatan.
“Salah satu peluang adalah keberadaan bus Damri yang shuttle dari Malang ke Balekambang. Peluang lainnya adalah menciptakan restoran atau tempat makan yang bisa dinikmati wisatawan. Serta, wahana pendukung di darat,” tandasnya. Karena itu, pihaknya turut mendukung rencana Disparbud Kabupaten Malang yang akan membuat festival sound system di pantai secara rutin. Karena atraksi wisata ini digelar di pinggir pantai. (fin/nay)