Predikat desa wisata yang disandang Dusun Brau, Desa Gunungsari, dimanfaatkan betul oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Batu. Tak hanya sekadar menambah destinasi wisata baru tetapi juga menopang perekonomian desa terpencil yang tersembunyi di antara lembah Gunung Banyak, yakni produksi susu sapi segar dan olahannya.
***
Di-launching pertengahan Oktober lalu oleh Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko, kini Dusun Brau resmi menyandang sebagai desa wisata edukasi Susu Sapi Perah Brau sekaligus Wisata Desa Gunungsari.
Destinasi wisata baru yang berlokasi di Kecamatan Bumiaji ini ditunjuk karena sapi perah di dusun ini tiap hari memproduksi 5.000 liter susu sapi. Untuk ukuran dusun yang kecil, produksi susu tersebut tergolong besar. Bahkan bisa jadi melebihi produksi susu di sejumlah desa di Pujon, Kabupaten Malang. Tak hanya itu, di dusun ini terdata ada 700 ekor sapi perah jenis Fries Holland, melebihi jumlah penduduk di dusun ini yakni 400 kepala keluarga.
Ketua Koperasi Margo Makmur Mandiri Muhammad Munir, 50, mengatakan, awalnya penduduk Dusun Brau bermata pencaharian utama sebagai petani. Tetapi pada tahun 2000 mulai terjadi perubahan sosial dengan beternak sapi perah. ”Jadi menggunakan sistem ”gaduh”, ada orang luar desa yang menitipkan sapi kepada warga, lalu berbagi keuntungan berupa anak sapi menjadi hak milik warga yang dititipi tadi, begitu seterusnya,” katanya.
Menurut dia, memelihara sapi perah berbeda dengan sapi pedaging. Sebab, untuk sapi perah dapat menghasilkan keuntungan secara berkelanjutan, sedangkan sapi pedaging membutuhkan waktu lama, dua sampai tiga tahun hingga layak untuk dipotong. ”Nah warga ini lebih senang sapi perah karena ambil uangnya setiap tiga kali dalam sebulan,” katanya.
Setiap keluarga rata-rata minimal memiliki lima sapi dan setiap sapi dapat menghasilkan 12 liter susu dalam sehari. Lalu, saat ini harga jual susu sapi per liternya yakni Rp 5.500. ”Mungkin dalam sebulan setiap keluarga penghasilannya bisa sampai Rp 5 juta, itu sudah dipotong dengan biaya operasional,” katanya.
Pada tahun 2014 untuk pertama kalinya Koperasi Margo Makmur Mandiri mendapatkan bantuan alat produksi dari pemerintah, yakni mesin pendingin susu dari Kementerian Perindustrian. Lalu, satu tahun berselang, pada tahun 2015 bantuan yang sama juga didapatkan dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI. ”Jadi mesin pendingin ada dua alat, yang satu berkapasitas 2.700 liter dan satu lagi 3.200 liter,” katanya. Selanjutnya, pada tahun 2017 Pemkot Batu memberikan bantuan alat pengolahan konsentrat dengan kapasitas mencapai dua ton.
Kini produksi susu di Dusun Baru dapat berjalan optimal. Untuk pakan para peternak menanam rumput gajah di lahan sekitar. Lalu, untuk konsentrat mereka membuat secara mandiri dengan bahan-bahan seperti bekatul, kulit kopi, tetes tebu, kulit kacang, dan lainnya. Setiap kilogram (kg) konsentrat dihargai Rp 3.000. ”Jadi itu rata-rata setiap ekor sapi dalam sehari membutuhkan konsentrat sebanyak 7 kg. Nah, setiap peternak biasanya mengambil dua kali dalam 10 hari untuk konsentrat sesuai kebutuhan,” katanya.
Lalu, untuk pembayarannya akan diganti dengan potongan pembayaran setoran susu ke koperasi. Bahkan, untuk pengolahan limbah kotoran sapi menjadi biogas saat ini mulai tertata. Yakni sudah ada sekitar 30 KK yang memanfaatkannya.
Kini untuk pemasaran susu setiap harinya dikirim ke salah satu perusahaan susu terbesar di Jawa Timur, yakni Indolakto, sebanyak 4.900 liter. Bahkan untuk operasional kendaraan pengiriman, Koperasi Margo Makmur Mandiri memiliki satu truk tangki. Sedangkan untuk 100 liter lainnya biasanya dikirim ke tempat usaha makanan dan minuman yang ada di Malang Raya. ”Misal kedai usaha STMJ, kalau hari Minggu kirim ke PT Gioia Cheese Indonesia, pabrik keju di Bali,” katanya.
Sebenarnya untuk Wisata Edukasi Susu Sapi Perah sudah direncanakan sejak Wali Kota Batu Eddy Rumpoko. Hanya, baru di-launching beberapa waktu yang lalu. Namun, sampai saat ini Munir mengakui belum bisa berjalan maksimal karena adanya pandemi Covid-19. Terakhir pada tahun 2019 lalu, pihaknya selama satu tahun hanya kedatangan empat kali kunjungan rombongan wisatawan.
”Wisata edukasi yang dimaksud ini mulai dari pengenalan apa itu susu, lalu cara pengolahannya, tentu dari awal seperti memelihara sapi itu seperti apa, cara memerahnya, membuat pakan ternak juga,” katanya.
Ke depan, dia berharap adanya dukungan dari pemerintah khususnya Dinas Pariwisata Kota Batu untuk mempromosikan Wisata Edukasi Susu Sapi Perah di Dusun Brau.
Pewarta: Nugraha Perdana