suporter

BATU - Penolakan terhadap Arema FC yang hendak bermain di Jogjakarta pada putaran kedua Liga 1 mulai bergema di media sosial. Di Twitter, sejumlah akun suporter dan perorangan menyampaikan sikap tidak setuju bila Singo Edan bermarkas di sana.

Terbentuknya Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) untuk menguak tragedi Kanjuruhan, menyisakan tanda tanya. Salah satunya mengapa komposisi di TGIPF yang ada 13 orang itu tidak ada unsur perwakilan suporter Aremania.

Rasa duka cita mendalam ditunjukkan jajaran Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim atas tragedi Kanjuruhan, Sabtu (1/10). Data sore kemarin, ada 130 suporter dinyatakan meninggal dan ratusan lain luka-luka. ”Kita sama-sama sedih dan prihatin, maka kami dari pengurus mengimbau warga NU maupun umat Islam melaksanakan salat gaib,” ujar Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar di kantor PCNU Kota Malang, kemarin siang (4/10).

Meski mempunyai cerita kurang bagus di Liga 1 2019 lalu, laga Arema FC vs PSS Sleman besok (5/8) dipastikan bakal dihadiri pendukung dari kedua tim.

Bermain di hadapan puluhan ribu suporter bakal menghadirkan banyak keuntungan untuk Arema FC

Pertandingan Arema FC yang ditayangkan televisi tidak hanya menguntungkan suporter, yang bisa lebih leluasa melihat aksi Adilson Maringa CS di Liga 1.

Kritik dari para pendukung Arema FC yang disuarakan lewat tagar #almeidaout tidak membuat Manajemen Singo Edan berang

Beberapa pemain Arema FC turut merespons kritikan dari suporter, yang menganggap bahwa Tim Singo Edan tidak bermain atraktif dengan gaya Malangan.

Kemenangan Arema FC 1-0 atas Persik Kediri (15/6/22) lalu tidak hanya menyelamatkan wajah Singo Edan di hadapan para suporter fanatiknya

MALANG KOTA - Belum terkendalinya pandemi Covid-19 membuat potensi bergulirnya kompetisi tidak akan melibatkan suporter secara langsung. Kalaupun kompetisi kembali bergulir, sulit rasanya melihat ingar-bingar pemain ke-12 di dalam stadion.