22.5 C
Malang
Jumat, Desember 8, 2023

Para Pemuda Pelopor di Malang Raya Penggerak Ekonomi Warga

SULAP DESANYA JADI KAMPUNG KOPI, HINGGA TERNAKKAN 2.500 KAMBING

Mengawali dari usaha kecil, tiga pemuda di Malang Raya ini berhasil menjadi penggerak roda ekonomi di daerahnya. Mereka adalah Sukron Mahmud, Bahrul Alam, dan Mansyur Arif. Di Hari Sumpah Pemuda ini, ketiga pemuda pelopor tersebut berbagi pengalaman inspiratifnya

DUA kambing tampak manja dalam pelukan Masyur Arif. Kedua ekor kambing itu seperti sedang dalam dekapan “induknya”. Arif pun dengan kasih menggendong hewan peliharaannya itu. Begitulah sosok Arif yang sangat sayang pada kambing. Pemuda asal Dusun Jamuran, Desa Sidodadi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang ini merupakan inisiator Kelompok Tani Hutan Rakyat (KTHR) Rukun Amanah. Sebuah program usaha pengembangan ketahanan pangan. Salah satu usahanya pengembangbiakan kambing, domba, dan sapi. Program ini dia bentuk pada tahun 2014 silam.

Meski tidak memiliki latar belakang pendidikan pertanian, Arif memiliki kesadaran untuk mengatasi permasalahan yang dirasakan petani dan peternak di tempat tinggalnya. Dari hasil pengamatannya, ada beberapa permasalahan yang dialami petani dan peternak. Seperti pemeliharaan ternak yang tidak berkembang, tidak bisa berjualan, atau tidak memiliki modal.

“Akhirnya, saya berinisiatif untuk mengundang warga di balai desa. Semula terkumpul sebanyak 18 orang,” ujar Arif.

Dari pertemuan tersebut, Arif kemudian berupaya untuk membentuk kelompok tani hutan. Kelompok itu menjadi wadah bagi para anggota dalam berbagi ilmu hingga kemudian memiliki unit usaha masing-masing. Mulai dari home industry, peternakan, hingga kuliner.

Inspirasi lain datang dari Muhammad Sukron Mahmud. Pemuda 26 tahun ini berhasil menyulap desanya di Desa Taji, Kecamatan Jabung menjadi kampung kopi. Di lereng Gunung Bromo sana, cukup kondang dengan Kopi Taji.

Popularitas Kopi Taji berhasil diawali langkah kecil dari Sukron Mahmud. Bersama keluarga dan dukungan Babinsa, dia sukses mengembangkan kopi asal Desa Taji yang akhirnya menjadi brand terkenal itu. Kini, sejumlah warung kopi telah berdiri di desanya. Ekosistem wisata dan perekonomian di pedesaan tersebut menjadi lebih bergeliat.

“Tahun 2019, sudah ada tempat nongkrong di Kopi Taji. Ini ikut menghidupkan ekosistem wisata di sekitar kami. Warga mendirikan warung-warung. Wisatawan tidak hanya mampir ke kopi kami, melainkan juga membeli di tokotoko milik masyarakat juga,” ujar Sukron kepada Jawa Pos Radar Malang kemarin.

Baca Juga:  Penggiat Literasi Malang Tak Menanti Pamrih, Sabtu Membaca ala Cak Pendek

Dia mengatakan, Kopi Taji memang menjadi leading sector pengembangan wisata desa. Tetapi, dukungan warung-warung sekitar tempat nongkrong juga turut mendukung. Sehingga, tiga tahun sejak didirikan, area tongkrongan Taji kian berkembang. Dalam sebulan, tongkrongan Kopi Taji miliknya menghabiskan 20 kilogram kopi, baik arabika dan robusta.

“Sedangkan, core business kami tetap menjual green bean dan roast bean. Kami bisa menerima orderan 500 kilogram per bulan untuk kafe-kafe di Kabupaten Malang. Sedangkan, kiriman keluar kota dan keluar negeri ada tetapi tidak banyak. Terjauh Kopi Taji sudah sampai Singapura,” kata alumnus SMPN Terbuka Jabung itu.

Saat ini sudah ada 50-an petani yang mau menggarap ladangnya untuk kopi. Pendidikan dan edukasi petik merah untuk kopi berkualitas juga sudah mulai dipahami petani. “Target kami, tiap tahun ada tambahan petani kopi di sini,” ujar Sukron.

Dia menyebut, jumlah petani di Desa Taji cukup banyak. Tetapi, tidak semua menanam kopi. Kebanyakan dari mereka menanam sayuran. Hanya saja, sejak ekonomi melambat, pertanian dan perkebunan sayur makin sulit. Harga susah bersaing. Sehingga, Sukron mengajak petani untuk mencari penghasilan tambahan lewat kopi.

PENGGERAK EKONOMI: Sukron Mahmud (kiri) bersama Rano Karno dalam sebuah kesempatan di Kemenpora RI, 2021 lalu.

Atas keberhasilannya menggerakkan ekonomi desa, Sukron didapuk sebagai Pemuda Pelopor Nasional bidang pangan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga tahun 2021.

Rangkul Pemuda Milenial Tekuni Pertanian

Tak banyak anak muda yang menekuni dunia pertanian. Mereka banyak memilih kerja di sektor jasa. Namun, kondisi ini dicoba oleh Bahrul Alam untuk diubah dengan membuat inovasi. Dia menciptakan sistem pertanian terpadu dengan teknologi. Tujuannya, anak muda tertarik untuk bertani dan berternak. Hasilnya nyata. Banyak anak muda di kampungnya di Dusun Sepudak, Kecamatan Kasembon mulai bertani.

Kisahnya dimulai ketika ingin membuka peluang usaha. Sejak tahun 2016, dia memilih menekuni bidang peternakan dan pertanian. “Awalnya beternak 4 ekor domba. Lalu, tahun 2017 mulai menanam hijauan makanan ternak,” ucap pemuda berusia 28 tahun ini.

Baca Juga:  ”Berguru” ke YouTube, Dua Bulan Kuasai Marimba

Pada tahun 2018, akhirnya Bahrul mulai menciptakan sistem pertanian terpadu. Meskipun, dengan cara beternak yang masih tradisional, kesabaran dan keuletannya patut dijadikan contoh. Uniknya, Bahrul adalah lulusan jurusan komputer bukan dari pertanian ataupun peternakan. Akan tetapi, dengan kemampuan komputernya itulah, inovasinya berkembang pesat. Beragam ilmu di bidang pertanian dan peternakan dia serap dengan maksimal.

“Sejak fokus di dunia pertanian dan peternakan ini saya semakin semangat belajar hal baru. Apalagi, ilmu yang saya dapat bisa bermanfaat juga untuk orang lain,” terang pemilik peternakan Bara Putra Farm ini.

Aktivitas positif Bahrul ini terdengar hingga Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Kasembon. Pada 2021, dia diperkenalkan dengan program Youth Enterpreneurship and Employment Support Services (YESS) dari Kementerian Pertanian. Sejak saat itu relasinya semakin bertambah. Hingga, dia mendapat tawaran Dispora Kabupaten Malang untuk mengikuti kompetisi Pemuda Pelopor tahun 2022.

Peluang dan kesempatan dalam kompetisi Pemuda Pelopor 2022 itu disambut baik oleh Bahrul. Tanpa ragu, dia bersemangat untuk menciptakan terobosan baru di bidang pangan. “Sampai sekarang pun, saya masih tidak menyangka bisa menjadi Juara 1 Pemuda Pelopor Bidang Pangan Provinsi Jawa Timur,” jelasnya.

Selama berkompetisi, dia menceritakan, seleksinya sangat ketat. Dari seleksi tingkat kabupaten lalu melaju ke Provinsi dengan persaingan 26 kota dan kabupaten. Kemudian, seleksi proposal dan wawancara hingga lolos 5 besar. Bahkan, tempatnya didatangi langsung oleh Dispora dan Kemenpora.

Pada program Pemuda Pelopor 2022, Bahrul mengusung kepeloporan dengan konsep Guyuping Cah Angon. Maknanya, kebersamaan pemuda ternak dan pemuda tani dalam mewujudkan ketahanan pangan dan ekonomi nasional.

“Untuk legalitas, kelompok Guyuping Cah Angon ini masih belum. Karena, ada dari luar wilayah juga. Seperti Kediri, Jombang, dan sebagainya. Apalagi, rata-rata anak SMK hingga mahasiswa,” paparnya. (fin/mel/ifa/abm)

SULAP DESANYA JADI KAMPUNG KOPI, HINGGA TERNAKKAN 2.500 KAMBING

Mengawali dari usaha kecil, tiga pemuda di Malang Raya ini berhasil menjadi penggerak roda ekonomi di daerahnya. Mereka adalah Sukron Mahmud, Bahrul Alam, dan Mansyur Arif. Di Hari Sumpah Pemuda ini, ketiga pemuda pelopor tersebut berbagi pengalaman inspiratifnya

DUA kambing tampak manja dalam pelukan Masyur Arif. Kedua ekor kambing itu seperti sedang dalam dekapan “induknya”. Arif pun dengan kasih menggendong hewan peliharaannya itu. Begitulah sosok Arif yang sangat sayang pada kambing. Pemuda asal Dusun Jamuran, Desa Sidodadi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang ini merupakan inisiator Kelompok Tani Hutan Rakyat (KTHR) Rukun Amanah. Sebuah program usaha pengembangan ketahanan pangan. Salah satu usahanya pengembangbiakan kambing, domba, dan sapi. Program ini dia bentuk pada tahun 2014 silam.

Meski tidak memiliki latar belakang pendidikan pertanian, Arif memiliki kesadaran untuk mengatasi permasalahan yang dirasakan petani dan peternak di tempat tinggalnya. Dari hasil pengamatannya, ada beberapa permasalahan yang dialami petani dan peternak. Seperti pemeliharaan ternak yang tidak berkembang, tidak bisa berjualan, atau tidak memiliki modal.

“Akhirnya, saya berinisiatif untuk mengundang warga di balai desa. Semula terkumpul sebanyak 18 orang,” ujar Arif.

Dari pertemuan tersebut, Arif kemudian berupaya untuk membentuk kelompok tani hutan. Kelompok itu menjadi wadah bagi para anggota dalam berbagi ilmu hingga kemudian memiliki unit usaha masing-masing. Mulai dari home industry, peternakan, hingga kuliner.

Inspirasi lain datang dari Muhammad Sukron Mahmud. Pemuda 26 tahun ini berhasil menyulap desanya di Desa Taji, Kecamatan Jabung menjadi kampung kopi. Di lereng Gunung Bromo sana, cukup kondang dengan Kopi Taji.

Popularitas Kopi Taji berhasil diawali langkah kecil dari Sukron Mahmud. Bersama keluarga dan dukungan Babinsa, dia sukses mengembangkan kopi asal Desa Taji yang akhirnya menjadi brand terkenal itu. Kini, sejumlah warung kopi telah berdiri di desanya. Ekosistem wisata dan perekonomian di pedesaan tersebut menjadi lebih bergeliat.

“Tahun 2019, sudah ada tempat nongkrong di Kopi Taji. Ini ikut menghidupkan ekosistem wisata di sekitar kami. Warga mendirikan warung-warung. Wisatawan tidak hanya mampir ke kopi kami, melainkan juga membeli di tokotoko milik masyarakat juga,” ujar Sukron kepada Jawa Pos Radar Malang kemarin.

Baca Juga:  Mohamad Sodikin, Relawan Tragedi Kanjuruhan yang Sempat Mengalami Trauma

Dia mengatakan, Kopi Taji memang menjadi leading sector pengembangan wisata desa. Tetapi, dukungan warung-warung sekitar tempat nongkrong juga turut mendukung. Sehingga, tiga tahun sejak didirikan, area tongkrongan Taji kian berkembang. Dalam sebulan, tongkrongan Kopi Taji miliknya menghabiskan 20 kilogram kopi, baik arabika dan robusta.

“Sedangkan, core business kami tetap menjual green bean dan roast bean. Kami bisa menerima orderan 500 kilogram per bulan untuk kafe-kafe di Kabupaten Malang. Sedangkan, kiriman keluar kota dan keluar negeri ada tetapi tidak banyak. Terjauh Kopi Taji sudah sampai Singapura,” kata alumnus SMPN Terbuka Jabung itu.

Saat ini sudah ada 50-an petani yang mau menggarap ladangnya untuk kopi. Pendidikan dan edukasi petik merah untuk kopi berkualitas juga sudah mulai dipahami petani. “Target kami, tiap tahun ada tambahan petani kopi di sini,” ujar Sukron.

Dia menyebut, jumlah petani di Desa Taji cukup banyak. Tetapi, tidak semua menanam kopi. Kebanyakan dari mereka menanam sayuran. Hanya saja, sejak ekonomi melambat, pertanian dan perkebunan sayur makin sulit. Harga susah bersaing. Sehingga, Sukron mengajak petani untuk mencari penghasilan tambahan lewat kopi.

PENGGERAK EKONOMI: Sukron Mahmud (kiri) bersama Rano Karno dalam sebuah kesempatan di Kemenpora RI, 2021 lalu.

Atas keberhasilannya menggerakkan ekonomi desa, Sukron didapuk sebagai Pemuda Pelopor Nasional bidang pangan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga tahun 2021.

Rangkul Pemuda Milenial Tekuni Pertanian

Tak banyak anak muda yang menekuni dunia pertanian. Mereka banyak memilih kerja di sektor jasa. Namun, kondisi ini dicoba oleh Bahrul Alam untuk diubah dengan membuat inovasi. Dia menciptakan sistem pertanian terpadu dengan teknologi. Tujuannya, anak muda tertarik untuk bertani dan berternak. Hasilnya nyata. Banyak anak muda di kampungnya di Dusun Sepudak, Kecamatan Kasembon mulai bertani.

Kisahnya dimulai ketika ingin membuka peluang usaha. Sejak tahun 2016, dia memilih menekuni bidang peternakan dan pertanian. “Awalnya beternak 4 ekor domba. Lalu, tahun 2017 mulai menanam hijauan makanan ternak,” ucap pemuda berusia 28 tahun ini.

Baca Juga:  Bikin Pelatihan Daring, Binaan Tembus 843 Orang di 30 Provinsi

Pada tahun 2018, akhirnya Bahrul mulai menciptakan sistem pertanian terpadu. Meskipun, dengan cara beternak yang masih tradisional, kesabaran dan keuletannya patut dijadikan contoh. Uniknya, Bahrul adalah lulusan jurusan komputer bukan dari pertanian ataupun peternakan. Akan tetapi, dengan kemampuan komputernya itulah, inovasinya berkembang pesat. Beragam ilmu di bidang pertanian dan peternakan dia serap dengan maksimal.

“Sejak fokus di dunia pertanian dan peternakan ini saya semakin semangat belajar hal baru. Apalagi, ilmu yang saya dapat bisa bermanfaat juga untuk orang lain,” terang pemilik peternakan Bara Putra Farm ini.

Aktivitas positif Bahrul ini terdengar hingga Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Kasembon. Pada 2021, dia diperkenalkan dengan program Youth Enterpreneurship and Employment Support Services (YESS) dari Kementerian Pertanian. Sejak saat itu relasinya semakin bertambah. Hingga, dia mendapat tawaran Dispora Kabupaten Malang untuk mengikuti kompetisi Pemuda Pelopor tahun 2022.

Peluang dan kesempatan dalam kompetisi Pemuda Pelopor 2022 itu disambut baik oleh Bahrul. Tanpa ragu, dia bersemangat untuk menciptakan terobosan baru di bidang pangan. “Sampai sekarang pun, saya masih tidak menyangka bisa menjadi Juara 1 Pemuda Pelopor Bidang Pangan Provinsi Jawa Timur,” jelasnya.

Selama berkompetisi, dia menceritakan, seleksinya sangat ketat. Dari seleksi tingkat kabupaten lalu melaju ke Provinsi dengan persaingan 26 kota dan kabupaten. Kemudian, seleksi proposal dan wawancara hingga lolos 5 besar. Bahkan, tempatnya didatangi langsung oleh Dispora dan Kemenpora.

Pada program Pemuda Pelopor 2022, Bahrul mengusung kepeloporan dengan konsep Guyuping Cah Angon. Maknanya, kebersamaan pemuda ternak dan pemuda tani dalam mewujudkan ketahanan pangan dan ekonomi nasional.

“Untuk legalitas, kelompok Guyuping Cah Angon ini masih belum. Karena, ada dari luar wilayah juga. Seperti Kediri, Jombang, dan sebagainya. Apalagi, rata-rata anak SMK hingga mahasiswa,” paparnya. (fin/mel/ifa/abm)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/