GUNAKAN BONEKA BERSERAGAM, HILANGKAN CITRA SERAM APARAT
Sosok petugas Satpol PP sebagai penegak peraturan kerap dianggap kaku. Tapi tidak dengan anggota Satpol PP Kota Batu bernama Edy Prayitno. Dia justru menjadi favorit anak-anak karena sering mendongeng untuk murid TK hingga SD. Tetap dengan mengenakan seragam sembari mengenalkan institusi Satpol PP kepada anak-anak.
KETERTARIKAN Edy pada dunia dongeng berawal pada 2010 silam, saat masih menjadi tenaga honorer di Dinas Pendidikan Kota Batu. Dia diminta untuk mendampingi pelajar dari salah satu sekolah di Kota Batu untuk mengikuti lomba mendongeng tingkat Provinsi Jawa Timur.
Sarjana seni dari Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya itu sebenarnya hanya memiliki dasar berkesenian menari. Namun momen lomba dongeng yang dia saksikan membuatnya ingin belajar tentang sesuatu yang baru. Akhirnya Edy memutuskan untuk bergabung dengan komunitas Persaudaraan Pencerita Muslim Indonesia Malang Raya.
Pada 2015, Edy mulai memberanikan diri mendongeng di hadapan anak-anak. Kemampuan mendongeng yang dia miliki pun semakin terasah. Kemudian pada 2019, dia menggunakan boneka puppet sebagai alat peraga. Tujuannya agar anak-anak yang melihat pertunjukannya bisa lebih mudah memahami cerita yang disampaikan.
Kebetulan pada tahun itu Edy sudah berpindah tugas menjadi anggota Satpol PP Kota Batu. Namun kebiasaan mendongeng tetap tidak dia tinggalkan.
Bahkan semakin intens dan mendapatkan saran dari atasannya untuk mengangkat sosok boneka bertema Satpol PP. Boneka bernama Saprol pun dimunculkan dengan menggambarkan seorang anak yang bercitacita menjadi petugas Satpol PP.
“Biasanya, anak-anak lebih sering ditanya ingin jadi polisi atau TNI. Belum pernah ada yang tanya apakah ingin jadi satpol PP,” ujarnya. Berangkat dari kondisi itu, Edy aktif mengenalkan sosok petugas Satpol PP kepada anak-anak. Supaya mereka juga tidak takut dengan Satpol PP yang selama ini dicitrakan menakutkan.
Ternyata, boneka Saprol juga membawa keberuntungan. Undangan mendongeng lebih sering datang dibanding saat dirinya masih menjadi bagian dari Dinas Pendidikan. ”Mungkin karena unik, jadi lebih banyak orang tertarik dengan Saprol,” imbuhnya.
Ketika mendongeng, Edy dan boneka Saprol kompak mengenakan seragam Satpol PP. Materi dongeng yang diangkat selalu menyisipkan etika dan moral. Edy sangat percaya, lewat dongeng, apa yang diomongkan akan dipercaya anak-anak. Karena itu dia yakin nilai-nilai baik yang ditanamkan melalui dongeng akan terus diingat anakanak hingga dewasa.
Edy juga selalu mengenalkan materi tentang aturan dan hukum yang ramai menjadi perbincangan di publik. Misalnya soal pedagang kaki lima yang tidak boleh berjualan di trotoar karena mengganggu pengguna jalan. Kemudian reklame yang harus memenuhi unsur etika, dan lain-lain. ”Seperti pada waktu PPKM, ada kesan kalau tidak pakai masker dihukum Satpol PP. Lewat dongeng saya luruskan bahwa menggunakan masker itu sebenarnya demi kesehatan bersama,” katanya.
Aktivitas mendongeng dengan karakter Saprol juga sangat di dukung oleh jajaran Satpol PP Kota Batu. Pimpinan instansi itu menilai apa yang dilakukan Edy secara tidak langsung bisa mengangkat nama institusi itu menjadi menyenangkan dan humanis di mata anak-anak.
Saat ini, rata-rata Edy mendongeng tiga kali dalam sebulan. Sasaran penontonnya anakanak usia TK hingga tingkat Sekolah Dasar. Namun tidak semua undangan untuk mendongeng bisa dia penuhi. Sebagian terpaksa ditolak karena menyesuaikan tugas piket sebagai anggota Satpol PP.
Apalagi tawaran juga sering datang dari luar daerah, seperti sekolah-sekolah yang berada di Kota Malang dan Kabupaten Malang. “Piket itu harus 12 jam. Kadang dari pagi sampai sore. Kadang malam sampai pagi. Karena itu pihak pengundang harus mengajukan ke Satpol PP jauh-jauh hari supaya saya bisa dapat dispensasi,” terangnya.
Edy juga beberapa kali mengisi program trauma healing untuk anak-anak yang menjadi korban bencana. Seperti pasca-kejadian gempa bumi di Dampit, letusan Gunung Semeru, dan banjir bandang di Bulukerto Kota Batu. (*/fat)