Dengan modal Rp 50 ribu hasil menyisihkan uang saku, Mauziah Nazarus Zahwa berinisiatif untuk mendaftar dalam lomba Bahasa Indonesia di Pekan Olimpiade Sains Nasional (POSN) 2023. Sekolahnya, SMK National Media Center (NMC) Kota Malang, awalnya tak tahu bila dia ikut dalam lomba itu. ”Karena sejak awal niatnya memang coba-coba,” kata dia saat ditemui di sekolahnya, Senin lalu (16/1). Lomba tingkat SMA dan sederajat itu hanya berlangsung satu hari.
Tepatnya 8 Januari lalu. Dia menceritakan, lomba yang digelar Yayasan Pusat Prestasi dan Pendidikan Indonesia (Yapresindo) itu diikuti ribuan pelajar. Pada lomba yang diikutinya, pelajar asal Desa Girimoyo, Kecamatan Karangploso itu harus bersaing dengan 2.900 siswasiswi di seluruh Indonesia. ”Jujur, itu menjadi pengalaman pertama saya ikut olimpiade,” kata Zahwa, sapaan karibnya. Sistem lombanya digelar secara online. Dia harus mengerjakan 60 soal dalam waktu satu jam
Artinya, satu soal harus bisa terjawab maksimal satu menit. Materi soalnya seputar Bahasa Indonesia. Seperti tentang majas, persamaan dan lawan kata, serta pemberian arti dari suatu kiasan. Meski ada beberapa soal yang tidak terjawab, Zahwa bisa memenuhi tenggat waktu yang ditentukan panitia. Salah satu kendala yang dihadapinya berasal dari faktor teknis. ”Ada jaringan yang down. Kemudian di rumah saya waktu itu mati lampu, dan berdampak pada sinyal internet,” cerita dia. Beruntung, panitia memberikan tambahan waktu 20 menit.
Itu cukup menolongnya. Selang beberapa hari kemudian, Zahwa terkejut dengan hasil dari lomba tersebut. Dia menduduki peringkat ke-118 dari 2.900 peserta. Dia mendapat nilai A+, dan berhak atas medali emas. ”Sebenarnya ada juga yang dari Kota Malang, satu orang, tapi peringkatnya masih di bawah saya,” tambahnya. Dia menyebut jika peringkat di atasnya kebanyakan merupakan pelajar dari luar Malang Raya. Seperti dari Kalimantan Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
Meski hasil itu tidak dia sangka, namun mata pelajaran Bahasa Indonesia memang cukup dikuasainya. Pada pelajaran sehari-hari, dia mengaku selalu mendapat nilai yang tinggi. Antara 90 hingga 100. Dengan modal itu, dia cukup percaya diri jelang mengikuti tes. Zahwa mengaku baru belajar H-2 sebelum lomba. ”Bagi saya itu lebih meresap, ketimbang jauh-jauh hari (persiapannya),” imbuhnya.
Setelah mendapat nilai A+, dia bakal diganjar dengan medali dan piagam. ”Kabarnya itu akan diberikan akhir bulan ini, sekitar tanggal 26 Januari nanti,” kata dia. Sukses dalam uji coba pertama mengikuti olimpiade, Zahwa kini termotivasi untuk mengikuti lomba serupa. Dalam waktu dekat, dia mengaku akan mengikuti olimpiade pelajaran Bahasa Inggris dan Matematika. Jika sukses, itu akan melengkapi deretan prestasi akademik yang sudah diraihnya.
Sebelumnya, dia sudah cukup banyak mengoleksi prestasi non akademik. Total ada 20 prestasi non akademik yang sudah diukir dia. Bidang foto model di tingkat kota dan nasional yang paling dominan. Sudah ada 19 prestasinya di bidang itu. Satu sisanya berasal dari lomba kaligrafi. Zahwa mengaku selalu terpacu ketika turun dalam perlombaan. (*/by)