Pengalaman mahal dimiliki dr Bobi Prabowo. Plt Direktur RSUD Kanjuruhan ini dipercaya sebagai koordinator tim emergensi bagi para pebalap kelas dunia. Marc Marquez, pebalap juara dunia pun pernah dia tangani. -Yudistira Satya Wira Wicaksana-
Masih jelas dalam ingatan Bobi bagaimana masa-masa tegang yang dia alami saat bertugas di Mandalika. Saat itu Marc Marquez, pebalap MotoGP terjatuh dalam sesi pemanasan jelang tampil di Mandalika, Maret 2022. Dari sudut sirkuit, berlarianlah tiga orang tim medis.
Satu di antaranya adalah spesialis emergensi. Tim dokter langsung penanganan di sirkuit. Para spesialis ini curiga, Marquez mengalami cervical fracture. Yakni, trauma di bagian leher.
Daripada ada apa-apa, panggilan darurat dinyalakan. Mobil ambulans pun mendekat. Dilarikanlah Marquez ke helipad. Sekejap kemudian, helikopter melarikan Marquez ke RS Mataram. Usai difoto MRI (magnetic resonance imaging), kondisi Marquez aman. Begitulah kira-kira, gambaran tim emergensi MotoGP Mandalika menjalankan protokol keselamatan atlet balap.
Seluruh tim gabungan dari dokter spesialis dan Basarnas dapat pujian. Karena, kecepatan mereka dalam menangani kecelakaan pebalap. Di balik kesigapan dokter emergensi, ada sosok Ketua Persatuan Dokter Ahli Emergensi Indonesia (Perdamsi). Dialah dr Bobi Prabowo SpEM KEC MBiomed.
Dokter asli Malang itu jadi koordinator dokter gawat darurat yang bertugas di Mandalika. Ketua Perhimpunan Dokter Ahli Emergensi Indonesia (Perdamsi) itu memimpin 22 orang spesialis emergensi di Lombok. Tugasnya memastikan semua spesialis emergensi siap siaga menangani kedaruratan kecelakaan MotoGP. Selama gelaran latihan maupun balapan, Bobi dan anggotanya menyebar di setiap sudut sirkuit.
“Saya tidak hanya mengatur tapi juga ikut turun langsung. Saya sebagai spesialis emergensi, satu spesialis bedah, satu perawat dan satu driver. Kami standby di sudut 9. Sedangkan, dokter gawat darurat lainnya menyebar di semua sudut sirkuit,” jelas Bobi ditemui di kantornya RSUD Kanjuruhan Kepanjen, kemarin.
Saat hujan deras melanda Mandalika, Bobi juga standby di pinggir sirkuit. Dengan jas hujan, dia bersama tim memastikan semua kecelakaan tertangani secepat mungkin. Hingga MotoGP Mandalika berakhir, tidak ada kejadian fatal. Semua accident pebalap dihandel dengan sigap. Pujian dari Dorna Sport (penyelenggara MotoGP) pun meluncur.
“Kerja keras dokter emergensi, para spesialis dan SAR dapat pujian Dorna. Terbukti, kita warga Indonesia, khususnya penanganan kedaruratan, bisa memenuhi standar internasional,” ungkap Plt Direktur RSUD Kanjuruhan itu.
Bobi pun bercerita tentang keterlibatan para ahli emergensi, termasuk dirinya di balapan Mandalika. Ini tak lepas dari standar internasional yang dipakai Dorna Sport. Berdasarkan protokol Moto GP, dokter standby di sirkuit adalah gabungan berbagai spesialis. Tetapi, syarat utama, dokter gawat darurat harus jadi leader.
“Dorna bersurat ke Kemenkes soal ini. Kemenkes kirim surat kepada saya, sebagai Ketua Perdamsi. Karena balapan ini adalah olahraga risiko tinggi, tanggungjawab utama ada pada spesialis emergensi. Dari situ, kita di-interview MotoGP, plus latihan gawat darurat di sirkuit,” jelas alumnus spesialis emergensi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya ini.
Tetapi, Bobi tidak ”kosongan” datang latihan untuk Moto GP. Sebelum ini, dia sudah punya pengalaman menangani event olahraga internasional. Dia pernah menjadi konsultan emergensi Asian Games tahun 2018. Pun, dokter berusia 46 tahun ini pernah terjun sebagai spesialis emergensi PON Papua.
”Kita pun latihan bersama dengan tim emergensi MotoGP pada Desember 2021. Kita dianggap layak. Sehingga, langsung berlanjut dengan latihan rutin selama 3 bulan. Walaupun, tidak setiap hari kita latihan. Dari situ, kita punya kerangka kerja tim medis gawat darurat event olahraga standar internasional,” kata Members of American College of Emergency Medicine tersebut.
Standar keselamatan di arena MotoGP sangat tinggi. Pertama, ada medical center di Mandalika. Kedua, di tiap sudut sirkuit wajib ada tim gabungan emergensi, dokter bedah, perawat, dan driver. Ketiga, mobil dokter ini berisi banyak peralatan medis. Seperti alat pacu jantung, oksigen dan alat bedah darurat. Keempat, ada helicopter standby di helipad dekat medical center.
Tak kalah pentingnya, ada ambulans khusus pengangkut pasien yang standby. Mesin wajib menyala sepanjang balapan. Di dalamnya juga banyak peralatan. Begitu ada kejadian, penanganan darurat pertama di sirkuit. Semua tindakan medis lanjutan dilakukan di ambulans. Jadi, menurut Bobi, ambulans ini harus dianggap sebagai IGD.
“Kalau ambulans cuma antar pasien ke RS, apa bedanya dengan angkutan umum,” terang mantan Kepala IGD RSUD dr Iskak Tulungagung itu.
Ini tak lepas dari prinsip kecepatan penanganan maksimal 5 menit begitu pasien mengalami kecelakaan. Dengan harapan, begitu masuk ambulans, nyawa pasien bisa secepatnya diselamatkan.
Bobi mengakui pengalaman menjadi tim emergensi Mandalika ini sangat berharga. Ini menjadi bukti Indonesia bisa menjalankan standar kesehatan internasional untuk event sekelas MotoGP. (abm)