25.7 C
Malang
Selasa, November 14, 2023

Raihan Hisyam Atha Rifqi, Pelajar SD Sabet Penghargaan Dalang Tingkat Jatim

Sempat dipandang remeh saat mengaku bila cita-citanya menjadi dalang, kini banyak yang salut dengan Atha. Dia mampu membawakan lakon dan cerita pewayangan. Itu dibuktikan dengan prestasi yang dia ukir pada bulan April 2022 lalu.

AFIFAH RAHMATIKA FURZAEN

Tiba di rumah, Raihan Hisyam Atha Rifqi langsung merapikan beberapa wayang yang tergeletak di ruang tamu, kemarin siang. Semalam sebelumnya, wayang-wayang itu dia gunakan untuk berlatih.

Meski pekan ini masuk masa ujian, siswa SD Plus Al-Irsyad Al-Islamiyyah Kota Batu itu masih menyempatkan diri untuk bermain dengan wayang-wayang koleksinya. Pelajar kelas 5 SD yang berdomisili di Dusun Segundu, Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji tersebut juga tetap rajin belajar.

Sejak tiga sampai empat tahun silam, hari-hari Atha-sapaan karibnya memang banyak dihabiskan dengan bermain wayang. ”Padahal, orang tuanya bukan seorang dalang,” kata Muhammad Rofii, ayahnya. Adalah kakeknya, Suliyan, yang membuat Raihan menyukai wayang.

Semasa kecil, kakeknya sering bercerita tentang lakon-lakon wayang.  Keduanya juga sering mendengarkan rekaman senandung gamelan dalam pementasan wayang. Jadilah kegemaran kakeknya terhadap wayang menurun kepada Atha.

Tahu bila cucunya juga tertarik dengan wayang, Suliyan selalu membawakan oleh-oleh wayang saat pergi ke luar kota. ”Saya masih ingat pemberian kakek pertama waktu itu adalah wayang parikesit berukuran kecil, tapi harganya Rp 100 ribu,” kenang Atha.

Setelah tertarik dan suka, Atha mulai berkeinginan untuk belajar lebih jauh tentang wayang. Pada awal Februari 2022, dia masuk Sanggar Seni Kridha Manggala Laras di Kelurahan Ngaglik, Kota Batu. Baru empat kali pertemuan, pada akhir Maret 2022 dia langsung dipersiapkan untuk ikut Festival Dalang Bocah Se-Jawa Timur.

Baca Juga:  Finalis asal Italia Rela Antre, Durasi Maksimal Make-Up 45 Menit

Mendengar kabar tersebut, ibu Atha yang bernama Ninik Sri Wahyuni sempat kaget. Dengan persiapan selama satu bulan, ternyata Atha mampu menghafal setiap tutur kata dalam sebuah cerita pewayangan. Padahal, dalam setiap pementasan wayang, durasinya bisa mencapai 45 menit.

”Kalau pas ndalang, tidak merasa kesulitan. Yang penting percaya diri. Tapi, pernah waktu ndalang bawa wayang kumbakarna yang berat. Lumayan capek, tapi seru bagian perang-perangnya,” kata Atha sambil tertawa.

Dalam festival wayang yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim, April 2022 itu, Atha masuk kategori lima dalang catur terbaik. Prestasi tersebut cukup prestisius, mengingat itu adalah event pertama yang diikutinya. Pesertanya juga datang dari berbagai daerah di Jawa Timur. Seperti Tuban, Madiun, Blitar, dan Tulungagung.

Anak nomor dua itu sangat menyukai wayang karena di dalamnya terdapat karakter di setiap lakon. Seperti Abimanyu, yang punya sikap baik, tegas, pemberani, dan bertanggung jawab. Saat sengang, Atha sering memanfaatkan video-video di YouTube untuk mencari lakon atau cerita pewayangan yang menarik.

Jauh sebelum koleksi wayangnya banyak seperti saat ini, dia sempat membuat wayang sendiri. Bahan utamanya dari kardus dan karton. Untuk mengumpulkan koleksi wayangnya, Atha terbiasa menabung. Dia rela menyisihkan uang saku sedikit demi sedikit. Pemberian dari sanak saudara juga selalu dia sisihkan untuk menambah koleksi.

Baca Juga:  Pedagang Sapi di Gondanglegi Kembali Bergolak

Pada saat Lebaran 2023 lalu, hasil tabungannya mencapai Rp 1 juta. Sebagian besar digunakan Atha untuk menambah koleksi wayangnya. Hasil tabungan terbanyaknya pernah mencapai Rp 3,5 juta. Dari tabungan itu lah dia memiliki koleksi wayang dengan lakon Brotoseno, Werkudoro, Abimanyu, Gatotkaca, dan Gunungan.

Wayang-wayang buatannya yang terbuat dari kardus dan karton juga masih ada. Semua tersimpan dalam box kayu berukuran 1,5 x 1 meter. Box tersebut disimpan di garasi rumah.

Kini, selain bersekolah, dia juga rajin berlatih pewayangan. ”Pesan Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Kota Batu Pak Eko Saputro yang saya jadikan semangat adalah ndalang jangan sekadar bisa. Menjadi dalang harus terus belajar (latihan),” kata pelajar kelahiran Batu, 8 April 2011 itu.

Pesan itulah yang selalu menjadi pengingat Atha hingga sekarang. Meskipun saat duduk di kelas 1 SD dia pernah dipandang remeh oleh teman-temannya, dia tetap giat belajar. ”Kata teman-teman, cita-cita kok jadi dalang. Padahal yang lainnya cita-citanya polisi, dokter, dan sebagainya,” kata dia.

Namun, kini semuanya berubah sejak Atha tampil di sekolahnya menyampaikan cerita pewayangan. Sekarang teman-teman Atha justru bangga dengan kemampuannya membawakan cerita dan lakon pewayangan. (*/by)

Sempat dipandang remeh saat mengaku bila cita-citanya menjadi dalang, kini banyak yang salut dengan Atha. Dia mampu membawakan lakon dan cerita pewayangan. Itu dibuktikan dengan prestasi yang dia ukir pada bulan April 2022 lalu.

AFIFAH RAHMATIKA FURZAEN

Tiba di rumah, Raihan Hisyam Atha Rifqi langsung merapikan beberapa wayang yang tergeletak di ruang tamu, kemarin siang. Semalam sebelumnya, wayang-wayang itu dia gunakan untuk berlatih.

Meski pekan ini masuk masa ujian, siswa SD Plus Al-Irsyad Al-Islamiyyah Kota Batu itu masih menyempatkan diri untuk bermain dengan wayang-wayang koleksinya. Pelajar kelas 5 SD yang berdomisili di Dusun Segundu, Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji tersebut juga tetap rajin belajar.

Sejak tiga sampai empat tahun silam, hari-hari Atha-sapaan karibnya memang banyak dihabiskan dengan bermain wayang. ”Padahal, orang tuanya bukan seorang dalang,” kata Muhammad Rofii, ayahnya. Adalah kakeknya, Suliyan, yang membuat Raihan menyukai wayang.

Semasa kecil, kakeknya sering bercerita tentang lakon-lakon wayang.  Keduanya juga sering mendengarkan rekaman senandung gamelan dalam pementasan wayang. Jadilah kegemaran kakeknya terhadap wayang menurun kepada Atha.

Tahu bila cucunya juga tertarik dengan wayang, Suliyan selalu membawakan oleh-oleh wayang saat pergi ke luar kota. ”Saya masih ingat pemberian kakek pertama waktu itu adalah wayang parikesit berukuran kecil, tapi harganya Rp 100 ribu,” kenang Atha.

Setelah tertarik dan suka, Atha mulai berkeinginan untuk belajar lebih jauh tentang wayang. Pada awal Februari 2022, dia masuk Sanggar Seni Kridha Manggala Laras di Kelurahan Ngaglik, Kota Batu. Baru empat kali pertemuan, pada akhir Maret 2022 dia langsung dipersiapkan untuk ikut Festival Dalang Bocah Se-Jawa Timur.

Baca Juga:  Relokasi Malang Plaza Molor, Mundur Pertengahan Juni

Mendengar kabar tersebut, ibu Atha yang bernama Ninik Sri Wahyuni sempat kaget. Dengan persiapan selama satu bulan, ternyata Atha mampu menghafal setiap tutur kata dalam sebuah cerita pewayangan. Padahal, dalam setiap pementasan wayang, durasinya bisa mencapai 45 menit.

”Kalau pas ndalang, tidak merasa kesulitan. Yang penting percaya diri. Tapi, pernah waktu ndalang bawa wayang kumbakarna yang berat. Lumayan capek, tapi seru bagian perang-perangnya,” kata Atha sambil tertawa.

Dalam festival wayang yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim, April 2022 itu, Atha masuk kategori lima dalang catur terbaik. Prestasi tersebut cukup prestisius, mengingat itu adalah event pertama yang diikutinya. Pesertanya juga datang dari berbagai daerah di Jawa Timur. Seperti Tuban, Madiun, Blitar, dan Tulungagung.

Anak nomor dua itu sangat menyukai wayang karena di dalamnya terdapat karakter di setiap lakon. Seperti Abimanyu, yang punya sikap baik, tegas, pemberani, dan bertanggung jawab. Saat sengang, Atha sering memanfaatkan video-video di YouTube untuk mencari lakon atau cerita pewayangan yang menarik.

Jauh sebelum koleksi wayangnya banyak seperti saat ini, dia sempat membuat wayang sendiri. Bahan utamanya dari kardus dan karton. Untuk mengumpulkan koleksi wayangnya, Atha terbiasa menabung. Dia rela menyisihkan uang saku sedikit demi sedikit. Pemberian dari sanak saudara juga selalu dia sisihkan untuk menambah koleksi.

Baca Juga:  Tati Soephihajarniwati, Kenalkan Batik Singosaren ke Kancah Dunia

Pada saat Lebaran 2023 lalu, hasil tabungannya mencapai Rp 1 juta. Sebagian besar digunakan Atha untuk menambah koleksi wayangnya. Hasil tabungan terbanyaknya pernah mencapai Rp 3,5 juta. Dari tabungan itu lah dia memiliki koleksi wayang dengan lakon Brotoseno, Werkudoro, Abimanyu, Gatotkaca, dan Gunungan.

Wayang-wayang buatannya yang terbuat dari kardus dan karton juga masih ada. Semua tersimpan dalam box kayu berukuran 1,5 x 1 meter. Box tersebut disimpan di garasi rumah.

Kini, selain bersekolah, dia juga rajin berlatih pewayangan. ”Pesan Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Kota Batu Pak Eko Saputro yang saya jadikan semangat adalah ndalang jangan sekadar bisa. Menjadi dalang harus terus belajar (latihan),” kata pelajar kelahiran Batu, 8 April 2011 itu.

Pesan itulah yang selalu menjadi pengingat Atha hingga sekarang. Meskipun saat duduk di kelas 1 SD dia pernah dipandang remeh oleh teman-temannya, dia tetap giat belajar. ”Kata teman-teman, cita-cita kok jadi dalang. Padahal yang lainnya cita-citanya polisi, dokter, dan sebagainya,” kata dia.

Namun, kini semuanya berubah sejak Atha tampil di sekolahnya menyampaikan cerita pewayangan. Sekarang teman-teman Atha justru bangga dengan kemampuannya membawakan cerita dan lakon pewayangan. (*/by)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/