22.5 C
Malang
Sabtu, Desember 9, 2023

Tetap Memulung, Sesekali Beri Pelatihan ke Sekolah

Nama Bripka (purn) Seladi pernah populer di Kota Malang.Dia dikenal sebagai polisi yang sangat menjunjung integritas.Tegas dalam menolak suap, serta sangat peduli dengan kebersihan lingkungan.Hingga kini, Seladi masih melanjutkan kebiasaannya ”memungut” sampah. -ADITYA NOVRIAN-

JARUM  jam hari itu menunjukkan angka 10.08. Tampak pria paro baya sibuk memilah sampah di sebuah gudang kecil di sudut lahan eks Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Lowokdoro.Dia adalah (Purn) Bripka Seladi. Bagi warga Kota Malang yang kerap mengurus surat izin mengemudi (SIM) di Polresta Malang Kota sekitar tahun 2000-2016, nama Seladi mungkin belum hilang dari ingatan.

Kala kala itu, Seladisangat tegas dan menolak segala bentuk suap dari orang-orang yang ingin lulus ujian SIM secara instan.Tak hanya dalam bentuk uang, sogokan berupa makanan pun dia tolak mentah-mentah.

Seladi juga dikenal sebagai polisi pemulung.Julukan itu melekat pada Seladi karena kebiasaan uniknya sepulang bertugas, yakni memungut sampah plastik.Saat tiba di rumah, dia selalu membawa oleh-oleh berupa botol plastik atau sampah plastik lainnya yang masih memiliki nilai jual.Sampah-sampah itu dia pungut di sepanjang perjalanan dari markas Polresta Malang Kota hingga daerah Gadang.

Kini, polisi jujur itu telah pensiun.Seladi tercatat purna tugas sejak 2017 silam.Namun untuk masalah memulung, tak ada kata pensiun baginya.Setiap hari, di gudang berukuran 5 x 8 meter itu, dia menghabiskan waktu untuk memilah sampah.”Jarang kanpolisi yang pensiun jadi pemulung. Tapi saya malah bangga loh,” ungkapnya.

Bapak tiga anak itu mengakui bahwa pensiun seharusnya menjadi waktu istirahat dari pekerjaan dan menikmati hasil kerja selama usia produktif. Namun bagi Seladi, hal semacam itu tidaklah cukup.Bukan nominal uang pensiun yang dia persoalkan.Justru kebiasaan memulungyang sudah tidak bisa dihilangkan.Selama diberi umur panjang, Seladibertekad untuk tetap menjaga lingkungan dari sampah plastik. Terutama sampah plastik yang dibuang tanpa diolah.

Baca Juga:  Pembeli dari Berbagai Negara, Rutin Donasikan Produk

Tanpa ada pemulung, sampah plastik akan terus menumpuk dan menggunung. Satu-satunya cara untuk mengurangi sampah plastik adalah daur ulang.Seladi bisa mengolahnya menjadi sebuah pot atau bahkan menjualnya ke tengkulak.Jika ada sampah makanan, maka sesegera mungkin dia olah menjadi pupuk kompos.”Dari sini saya belajar, tugas polisi meski sudah pensiun itu tetap harus mengayomi masyarakat. Tapi dengan cara yang berbeda,” katanya.

Tak sedikit yang akhirnya penasaran dengan ketelatenan Seladi ”berteman” dengan sampah.Ada saja orang yang mendatanginya untuk minta berbagi ilmu tentang pengolahan sampah. Paling banyak berasal dari sekolah dan perguruan tinggi.

Setiap bulan setidaknya ada satu pelatihan yang dilakukan Seladiuntuk para pelajar.Pertemuan itu tidak dijadwalkan secara rutin.Ketika ada permintaan sharing ilmu, dia pasti melayani.

Bahkan ada satu sekolah menengah kejuruan (SMK) negeri di Kota Malang yang rutin datang kepadanya untuk bertukar ilmu tentang sampah.Tak hanya dari Kota Malang saja, pelajar dari Lampung juga pernah dia terima pada 2020. ”Mereka datang untuk belajar cara mengolah sampah, ya saya tunjukkan,” jelasnya.

Tangan Seladisangat cekatan dalam memilah sampah plastik yang masih layak didaur ulang. Pria kelahiran 1959 itu sama sekali tidak merasa jijik membongkar satu per satu sampah tanpa menggunakan alat. Hal itu dilakukannya setiap hari, mulai pukul 08.00 sampai 15.00.Hampir sama dengan jam kerja sektor formal.

Baca Juga:  Pertama di Malang Raya, Raih Pangkat Tertinggi PNS Golongan IVe

Di gudang tersebut, Seladi juga menata sebuah kantor kecil dengan ukuran 2 x 3 meter. Foto saat masih menjadi polisi tak lupa dia pajang.Meski ruangan itu terbilang kecil, Seladi kerap memanfaatkannya  untukberistirahat dan melepas rasa lelah. ”Ini foto saya dulu saat mengatur lalu lintas. Masih ingat juga, setelah mengurai kemacetan,  saya ganti pakaian dan memulung,” kataSeladi sambil menunjukkan foto masa lalunya.

Berkat memulung, Seladipunya penghasilan tambahan kala itu. Meskipun hanya sekitar Rp 400 ribu per bulan, namun bisa membantu mengumpulkan dana tabungan yang berguna saat pensiun.Bahkan dua karyawan yang membantunya saat ini juga bisa digaji dari hasil memulung.

Karena itulah, Seladi punya misi mulia mengubah pandangan masyarakat agar tidak pernah menghina pemulung.Tanpa ada pemulung, sampah yang ada saat ini mungkin jauh lebih menjijikkan dan mengganggu. Maka dari itu, pemulung juga bisa dikategorikan sebagai pekerjaan yang mulia.

Apa yang dikatakan Seladi itu pernah diapresiasi oleh Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Anton Setiadjipada 2016 lalu.Kala itu, dia ditantang Anton untuk mengajak pensiunan polisi ikut kerja di tempatnya.”Beliau dulu bilang, ajak saja para polisi (pensiun) ke tempat saya supaya ada kerjaan. Tidak bergantung uang pensiunan,” kenangnya.(*/fat)

Nama Bripka (purn) Seladi pernah populer di Kota Malang.Dia dikenal sebagai polisi yang sangat menjunjung integritas.Tegas dalam menolak suap, serta sangat peduli dengan kebersihan lingkungan.Hingga kini, Seladi masih melanjutkan kebiasaannya ”memungut” sampah. -ADITYA NOVRIAN-

JARUM  jam hari itu menunjukkan angka 10.08. Tampak pria paro baya sibuk memilah sampah di sebuah gudang kecil di sudut lahan eks Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Lowokdoro.Dia adalah (Purn) Bripka Seladi. Bagi warga Kota Malang yang kerap mengurus surat izin mengemudi (SIM) di Polresta Malang Kota sekitar tahun 2000-2016, nama Seladi mungkin belum hilang dari ingatan.

Kala kala itu, Seladisangat tegas dan menolak segala bentuk suap dari orang-orang yang ingin lulus ujian SIM secara instan.Tak hanya dalam bentuk uang, sogokan berupa makanan pun dia tolak mentah-mentah.

Seladi juga dikenal sebagai polisi pemulung.Julukan itu melekat pada Seladi karena kebiasaan uniknya sepulang bertugas, yakni memungut sampah plastik.Saat tiba di rumah, dia selalu membawa oleh-oleh berupa botol plastik atau sampah plastik lainnya yang masih memiliki nilai jual.Sampah-sampah itu dia pungut di sepanjang perjalanan dari markas Polresta Malang Kota hingga daerah Gadang.

Kini, polisi jujur itu telah pensiun.Seladi tercatat purna tugas sejak 2017 silam.Namun untuk masalah memulung, tak ada kata pensiun baginya.Setiap hari, di gudang berukuran 5 x 8 meter itu, dia menghabiskan waktu untuk memilah sampah.”Jarang kanpolisi yang pensiun jadi pemulung. Tapi saya malah bangga loh,” ungkapnya.

Bapak tiga anak itu mengakui bahwa pensiun seharusnya menjadi waktu istirahat dari pekerjaan dan menikmati hasil kerja selama usia produktif. Namun bagi Seladi, hal semacam itu tidaklah cukup.Bukan nominal uang pensiun yang dia persoalkan.Justru kebiasaan memulungyang sudah tidak bisa dihilangkan.Selama diberi umur panjang, Seladibertekad untuk tetap menjaga lingkungan dari sampah plastik. Terutama sampah plastik yang dibuang tanpa diolah.

Baca Juga:  Mereka yang Tetap Berpuasa di Tengah Pengobatan Panjang (2)

Tanpa ada pemulung, sampah plastik akan terus menumpuk dan menggunung. Satu-satunya cara untuk mengurangi sampah plastik adalah daur ulang.Seladi bisa mengolahnya menjadi sebuah pot atau bahkan menjualnya ke tengkulak.Jika ada sampah makanan, maka sesegera mungkin dia olah menjadi pupuk kompos.”Dari sini saya belajar, tugas polisi meski sudah pensiun itu tetap harus mengayomi masyarakat. Tapi dengan cara yang berbeda,” katanya.

Tak sedikit yang akhirnya penasaran dengan ketelatenan Seladi ”berteman” dengan sampah.Ada saja orang yang mendatanginya untuk minta berbagi ilmu tentang pengolahan sampah. Paling banyak berasal dari sekolah dan perguruan tinggi.

Setiap bulan setidaknya ada satu pelatihan yang dilakukan Seladiuntuk para pelajar.Pertemuan itu tidak dijadwalkan secara rutin.Ketika ada permintaan sharing ilmu, dia pasti melayani.

Bahkan ada satu sekolah menengah kejuruan (SMK) negeri di Kota Malang yang rutin datang kepadanya untuk bertukar ilmu tentang sampah.Tak hanya dari Kota Malang saja, pelajar dari Lampung juga pernah dia terima pada 2020. ”Mereka datang untuk belajar cara mengolah sampah, ya saya tunjukkan,” jelasnya.

Tangan Seladisangat cekatan dalam memilah sampah plastik yang masih layak didaur ulang. Pria kelahiran 1959 itu sama sekali tidak merasa jijik membongkar satu per satu sampah tanpa menggunakan alat. Hal itu dilakukannya setiap hari, mulai pukul 08.00 sampai 15.00.Hampir sama dengan jam kerja sektor formal.

Baca Juga:  Kawinkan Singkong Afrika dan Malang setelah Empat Tahun Riset

Di gudang tersebut, Seladi juga menata sebuah kantor kecil dengan ukuran 2 x 3 meter. Foto saat masih menjadi polisi tak lupa dia pajang.Meski ruangan itu terbilang kecil, Seladi kerap memanfaatkannya  untukberistirahat dan melepas rasa lelah. ”Ini foto saya dulu saat mengatur lalu lintas. Masih ingat juga, setelah mengurai kemacetan,  saya ganti pakaian dan memulung,” kataSeladi sambil menunjukkan foto masa lalunya.

Berkat memulung, Seladipunya penghasilan tambahan kala itu. Meskipun hanya sekitar Rp 400 ribu per bulan, namun bisa membantu mengumpulkan dana tabungan yang berguna saat pensiun.Bahkan dua karyawan yang membantunya saat ini juga bisa digaji dari hasil memulung.

Karena itulah, Seladi punya misi mulia mengubah pandangan masyarakat agar tidak pernah menghina pemulung.Tanpa ada pemulung, sampah yang ada saat ini mungkin jauh lebih menjijikkan dan mengganggu. Maka dari itu, pemulung juga bisa dikategorikan sebagai pekerjaan yang mulia.

Apa yang dikatakan Seladi itu pernah diapresiasi oleh Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Anton Setiadjipada 2016 lalu.Kala itu, dia ditantang Anton untuk mengajak pensiunan polisi ikut kerja di tempatnya.”Beliau dulu bilang, ajak saja para polisi (pensiun) ke tempat saya supaya ada kerjaan. Tidak bergantung uang pensiunan,” kenangnya.(*/fat)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/