22.5 C
Malang
Jumat, Desember 8, 2023

Boleh Lintas Jurusan, tapi Jangan Asal Pilih

MALANG KOTA – Rangkaian Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) telah dimulai pada 9 Januari lalu. Saat itu, pihak sekolah dan siswa sudah bisa mulai registrasi akun SNPMB. Kini setiap sekolah melakukan sosialisasi agar siswa memahami mekanisme baru penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi negeri. Salah satu yang ditekankan adalah tidak adanya pembatasan pilihan program studi (prodi). Siswa jurusan IPA, IPS, dan Bahasa boleh memilih prodi sesuai minatnya, asalkan bertanggung jawab.

Contohnya dalam mekanisme Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Jika termasuk dalam kategori eligible (memenuhi syarat) mendaftar SNBP, siswa harus benar-benar memikirkan jurusan pilihannya sesuai dengan minat. Sebab, jika kemudian dinyatakan lolos, namun membatalkan pendaftarannya, maka sekolah tempat siswa itu berasal akan di-blacklist selama tiga tahun. Mekanisme baru juga diberlakukan pada Seleksi Nasional Berdasarkan Tes SNBT. Untuk periode 2023/2024 tidak ada perbedaan tes kelompok jurusan Saintek, Soshum, maupun campuran. Semua peserta seleksi harus mengerjakan Tes Potensi Skolastik (TPS) yang meliputi 4 komponen.

Yakni penalaran umum, pengetahuan dan pemahaman umum, memahami bacaan dan menulis, serta pengetahuan kuantitatif. Sementara itu, kemampuan membaca dan menulis dibagi lagi menjadi tiga. Yakni literasi bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan penalaran matematika. Sehingga total ada tujuh sub tes yang secara keseluruhan terdapat 155 soal dengan durasi mengerjakan 195 menit. Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA Anis Isrofin mengaku akan mengikuti ketentuan pusat asalkan memberikan solusi kepada siswa dan orang tua.

Pihaknya juga sudah melakukan sosialisasi kepada orang tua dan siswa terkait pembuatan akun melalui Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS). Seluruh siswa, baik yang termasuk eligible maupun non-eligible wajib didaftarkan. ”Kalau sekolahnya punya akreditasi A, siswa eligible diambil 40 persen,” ujar Anis. Dia mencontohkan di SMA Negeri 8 Malang. Siswa IPA ada 168, sehingga kuota yang berhak mengikuti SNBP 68 siswa. Siswa IPS ada 106, maka bisa didaftarkan 43 siswa.

Sedangkan siswa jurusan Bahasa ada 31, diambil 13 siswa. Perempuan yang juga menjabat sebagai Kepala SMA Negeri 8 Malang itu menjelaskan, saat ini pihaknya sudah melakukan pemeringkatan. Para guru di SMA itu juga mendampingi siswanya. ”Siswa yang eligible kami dorong untuk konsultasi. Kalau semua mengambil kedokteran, nanti banyak yang tidak diterima,” ujar dia. Namun, semua pilihan terakhir tetap diserahkan kepada para siswa. Jika teguh dengan pilihannya, pihak sekolah tetap mengizinkan.

Baca Juga:  Blantix Alumni Unikama Raih Piala di Lomba Start Up Kemenpora

Asalkan mereka bertanggung jawab terhadap pilihannya. Terpisah, sekretaris MKKS SMK Gunawan Dwiyono mendukung kebijakan baru itu. Menurutnya, ilmu dan teknologi saat ini sudah interdisiplin. ”Ilmu tidak berdiri sendiri. Artinya, gabungan beberapa ilmu baru akan berdampak pada fungsi dan inovasinya,” ujar laki-laki yang juga menjabat sebagai Kepala Sekolah SMKN 4 Malang itu. Karena SMK cenderung dipersiapkan untuk kerja, maka sosialisasi yang dilakukan bersifat internal dan eksternal bersama pihak ketiga (lembaga bimbingan belajar).

Seperti yang dilakukan tim guru Bimbingan Konseling (BK) SMKN 4 Malang. Perwakilan guru BK SMKN 4 Malang Kusrini Tri Wahyuni menyatakan, sosialisasi kepada siswa yang berminat telah dilakukan. Pihaknya juga sudah menjaring para siswa yang berminat melanjutkan studi ke PTN. ”Karena di SMK itu cenderung dipersiapkan untuk kerja, jadi tidak semua kami daftarkan. Kami data dulu siapa saja yang berminat. Kemudian mereka kami dampingi,” ujar Kusrini. Di sekolahnya, dari total 880 siswa kelas XII, yang berminat melanjutkan ke PTN 350 siswa.

Sehingga, 350 siswa tersebut yang diberikan pemahaman tentang kebijakan-kebijakan baru dalam SNPMB. Peluang Sekolah Berdasar Akreditasi Sementara itu, sistem pemilihan program studi (prodi) lintas jurusan sudah diantisipasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Antisipasinya dengan menjadikan dua mata pelajaran yang sesuai minat prodi sebagai syarat. Dua mata pelajaran tersebut ditentukan langsung oleh kementerian by system. Itu untuk mencegah siswa yang asal pilih prodi.

Di Universitas Brawijaya (UB) pemilihan prodi tetap dikembalikan kepada siswa. Namun pihak kampus tetap menyertakan syarat tambahan. Terutama untuk siswa yang memilih prodi kedokteran. Minimal siswa tetap harus berasal dari jurusan IPA. Begitu pula prodi teknik dan MIPA yang pendaftarnya harus berasal dari IPA. Tujuannya agar mahasiswa tidak kesulitan saat menjalani perkuliahan. Meski demikian, ada sejumlah prodi yang memungkinkan lintas jurusan seperti di Fakultas Ilmu Komputer (Filkom). ”Untuk prodi lain ada penyesuaian.

Baca Juga:  Promo Wisata Satu Branding, Begini Konsep untuk Kota Batu!

Lalu, terdapat standar nilai yang sesuai yang relevan dengan prodi pilihan,” kata Sekretaris Direktorat Administrasi dan Layanan Akademik UB Hery Prawoto. Hery menjelaskan, UB tetap mengikuti pola penerimaan sesuai program SNPMB. Yakni melalui jalur SNBP dan SNBT. Selanjutnya baru dilaksanakan penerimaan melalui program mandiri yang hingga kini masih dibahas mekanismenya. Sementara itu, Universitas Negeri Malang juga sudah melakukan serangkaian persiapan. Termasuk menentukan persentase kuota mahasiswa baru. ”Dengan status UM sebagai PTN-BH, secara persentase jalur prestasi dipatok minimal 20 persen dan jalur tes minimal 30 persen.

Lalu jalur mandiri maksimal 50 persen,” ujar Direktur Akademik UM Prof Dr Suyono MPd. Dia menjelaskan, seleksi penerimaan mahasiswa baru tahun ini diatur dalam Permendikbudristek Nomor 48 Tahun 2022. Mengenai kemungkinan siswa untuk memilih prodi lintas jurusan, UM mempersalahkan selama calon mahasiswa percaya diri. Pihak kampus tidak mematok kriteria khusus bagi pelajar IPS yang mau memilih prodi Saintek. Karena jika membuat syarat tertentu akan melebihi syarat nasional. Disinggung terkait peluang sekolah, Suyono menyebut didasarkan atas akreditasi. Tidak memandang pendaftar berasal dari sekolah negeri maupun swasta.

”Yang perlu diperhatikan, jika diterima di SNBP kemudian tidak registrasi, maka tidak bisa ikut seleksi berbasis tes. Jadi tidak boleh main-main dan harus berpikir matang,” tegasnya. Di bagian lain, UIN Maulana Malik Ibrahim sudah menentukan kuota penerimaan mahasiswa baru. Jika pada 2022 lalu kuota yang dibuka 2.410 mahasiswa, tahun ini naik menjadi 2.482 mahasiswa. Kuota itu khusus untuk seleksi penerimaan mahasiswa melalui Kemendikbudristek. Sementara kuota seleksi yang diatur Kementerian Agama (Kemenag) sebanyak 2.216 mahasiswa. Wakil Rektor I Bidang Akademik UIN Maulana Malik Ibrahim Prof Dr Umi Sumbulah MAg mengatakan, dalam seleksi penerimaan mahasiswa pihaknya membuka peluang kepada seluruh sekolah.

Mulai dari pesantren, SMK, hingga SMA. Baik negeri maupun swasta. Ini sesuai dengan program pemerintah untuk memperluas akses pendidikan. ”Prinsipnya, siswa harus memilih prodi sesuai minat dan bakat. Selain itu, siswa juga harus bertanggung jawab atas pilihannya karena prodi yang dipilih menentukan proses ke depan,” tandas guru besar bidang Dirah Ismlaiyah tersebut. (yun/mel/fat)

MALANG KOTA – Rangkaian Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) telah dimulai pada 9 Januari lalu. Saat itu, pihak sekolah dan siswa sudah bisa mulai registrasi akun SNPMB. Kini setiap sekolah melakukan sosialisasi agar siswa memahami mekanisme baru penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi negeri. Salah satu yang ditekankan adalah tidak adanya pembatasan pilihan program studi (prodi). Siswa jurusan IPA, IPS, dan Bahasa boleh memilih prodi sesuai minatnya, asalkan bertanggung jawab.

Contohnya dalam mekanisme Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Jika termasuk dalam kategori eligible (memenuhi syarat) mendaftar SNBP, siswa harus benar-benar memikirkan jurusan pilihannya sesuai dengan minat. Sebab, jika kemudian dinyatakan lolos, namun membatalkan pendaftarannya, maka sekolah tempat siswa itu berasal akan di-blacklist selama tiga tahun. Mekanisme baru juga diberlakukan pada Seleksi Nasional Berdasarkan Tes SNBT. Untuk periode 2023/2024 tidak ada perbedaan tes kelompok jurusan Saintek, Soshum, maupun campuran. Semua peserta seleksi harus mengerjakan Tes Potensi Skolastik (TPS) yang meliputi 4 komponen.

Yakni penalaran umum, pengetahuan dan pemahaman umum, memahami bacaan dan menulis, serta pengetahuan kuantitatif. Sementara itu, kemampuan membaca dan menulis dibagi lagi menjadi tiga. Yakni literasi bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan penalaran matematika. Sehingga total ada tujuh sub tes yang secara keseluruhan terdapat 155 soal dengan durasi mengerjakan 195 menit. Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA Anis Isrofin mengaku akan mengikuti ketentuan pusat asalkan memberikan solusi kepada siswa dan orang tua.

Pihaknya juga sudah melakukan sosialisasi kepada orang tua dan siswa terkait pembuatan akun melalui Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS). Seluruh siswa, baik yang termasuk eligible maupun non-eligible wajib didaftarkan. ”Kalau sekolahnya punya akreditasi A, siswa eligible diambil 40 persen,” ujar Anis. Dia mencontohkan di SMA Negeri 8 Malang. Siswa IPA ada 168, sehingga kuota yang berhak mengikuti SNBP 68 siswa. Siswa IPS ada 106, maka bisa didaftarkan 43 siswa.

Sedangkan siswa jurusan Bahasa ada 31, diambil 13 siswa. Perempuan yang juga menjabat sebagai Kepala SMA Negeri 8 Malang itu menjelaskan, saat ini pihaknya sudah melakukan pemeringkatan. Para guru di SMA itu juga mendampingi siswanya. ”Siswa yang eligible kami dorong untuk konsultasi. Kalau semua mengambil kedokteran, nanti banyak yang tidak diterima,” ujar dia. Namun, semua pilihan terakhir tetap diserahkan kepada para siswa. Jika teguh dengan pilihannya, pihak sekolah tetap mengizinkan.

Baca Juga:  Update! Begini Caranya Dapat Kuota Internet Gratis dan Diskon UKT

Asalkan mereka bertanggung jawab terhadap pilihannya. Terpisah, sekretaris MKKS SMK Gunawan Dwiyono mendukung kebijakan baru itu. Menurutnya, ilmu dan teknologi saat ini sudah interdisiplin. ”Ilmu tidak berdiri sendiri. Artinya, gabungan beberapa ilmu baru akan berdampak pada fungsi dan inovasinya,” ujar laki-laki yang juga menjabat sebagai Kepala Sekolah SMKN 4 Malang itu. Karena SMK cenderung dipersiapkan untuk kerja, maka sosialisasi yang dilakukan bersifat internal dan eksternal bersama pihak ketiga (lembaga bimbingan belajar).

Seperti yang dilakukan tim guru Bimbingan Konseling (BK) SMKN 4 Malang. Perwakilan guru BK SMKN 4 Malang Kusrini Tri Wahyuni menyatakan, sosialisasi kepada siswa yang berminat telah dilakukan. Pihaknya juga sudah menjaring para siswa yang berminat melanjutkan studi ke PTN. ”Karena di SMK itu cenderung dipersiapkan untuk kerja, jadi tidak semua kami daftarkan. Kami data dulu siapa saja yang berminat. Kemudian mereka kami dampingi,” ujar Kusrini. Di sekolahnya, dari total 880 siswa kelas XII, yang berminat melanjutkan ke PTN 350 siswa.

Sehingga, 350 siswa tersebut yang diberikan pemahaman tentang kebijakan-kebijakan baru dalam SNPMB. Peluang Sekolah Berdasar Akreditasi Sementara itu, sistem pemilihan program studi (prodi) lintas jurusan sudah diantisipasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Antisipasinya dengan menjadikan dua mata pelajaran yang sesuai minat prodi sebagai syarat. Dua mata pelajaran tersebut ditentukan langsung oleh kementerian by system. Itu untuk mencegah siswa yang asal pilih prodi.

Di Universitas Brawijaya (UB) pemilihan prodi tetap dikembalikan kepada siswa. Namun pihak kampus tetap menyertakan syarat tambahan. Terutama untuk siswa yang memilih prodi kedokteran. Minimal siswa tetap harus berasal dari jurusan IPA. Begitu pula prodi teknik dan MIPA yang pendaftarnya harus berasal dari IPA. Tujuannya agar mahasiswa tidak kesulitan saat menjalani perkuliahan. Meski demikian, ada sejumlah prodi yang memungkinkan lintas jurusan seperti di Fakultas Ilmu Komputer (Filkom). ”Untuk prodi lain ada penyesuaian.

Baca Juga:  Blantix Alumni Unikama Raih Piala di Lomba Start Up Kemenpora

Lalu, terdapat standar nilai yang sesuai yang relevan dengan prodi pilihan,” kata Sekretaris Direktorat Administrasi dan Layanan Akademik UB Hery Prawoto. Hery menjelaskan, UB tetap mengikuti pola penerimaan sesuai program SNPMB. Yakni melalui jalur SNBP dan SNBT. Selanjutnya baru dilaksanakan penerimaan melalui program mandiri yang hingga kini masih dibahas mekanismenya. Sementara itu, Universitas Negeri Malang juga sudah melakukan serangkaian persiapan. Termasuk menentukan persentase kuota mahasiswa baru. ”Dengan status UM sebagai PTN-BH, secara persentase jalur prestasi dipatok minimal 20 persen dan jalur tes minimal 30 persen.

Lalu jalur mandiri maksimal 50 persen,” ujar Direktur Akademik UM Prof Dr Suyono MPd. Dia menjelaskan, seleksi penerimaan mahasiswa baru tahun ini diatur dalam Permendikbudristek Nomor 48 Tahun 2022. Mengenai kemungkinan siswa untuk memilih prodi lintas jurusan, UM mempersalahkan selama calon mahasiswa percaya diri. Pihak kampus tidak mematok kriteria khusus bagi pelajar IPS yang mau memilih prodi Saintek. Karena jika membuat syarat tertentu akan melebihi syarat nasional. Disinggung terkait peluang sekolah, Suyono menyebut didasarkan atas akreditasi. Tidak memandang pendaftar berasal dari sekolah negeri maupun swasta.

”Yang perlu diperhatikan, jika diterima di SNBP kemudian tidak registrasi, maka tidak bisa ikut seleksi berbasis tes. Jadi tidak boleh main-main dan harus berpikir matang,” tegasnya. Di bagian lain, UIN Maulana Malik Ibrahim sudah menentukan kuota penerimaan mahasiswa baru. Jika pada 2022 lalu kuota yang dibuka 2.410 mahasiswa, tahun ini naik menjadi 2.482 mahasiswa. Kuota itu khusus untuk seleksi penerimaan mahasiswa melalui Kemendikbudristek. Sementara kuota seleksi yang diatur Kementerian Agama (Kemenag) sebanyak 2.216 mahasiswa. Wakil Rektor I Bidang Akademik UIN Maulana Malik Ibrahim Prof Dr Umi Sumbulah MAg mengatakan, dalam seleksi penerimaan mahasiswa pihaknya membuka peluang kepada seluruh sekolah.

Mulai dari pesantren, SMK, hingga SMA. Baik negeri maupun swasta. Ini sesuai dengan program pemerintah untuk memperluas akses pendidikan. ”Prinsipnya, siswa harus memilih prodi sesuai minat dan bakat. Selain itu, siswa juga harus bertanggung jawab atas pilihannya karena prodi yang dipilih menentukan proses ke depan,” tandas guru besar bidang Dirah Ismlaiyah tersebut. (yun/mel/fat)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/