23.6 C
Malang
Jumat, Desember 8, 2023

90 Persen SMP Swasta Kekurangan Murid

MALANG KOTA – Masa penerimaan siswa baru untuk SMP masih dibuka hingga Agustus mendatang. Namun 90 persen SMP swasta di Kota Malang tampak mulai pasrah dan menerima kenyataan. Mereka tidak bisa memenuhi pagu atau kuota siswa baru pada tahun ini.

Sebenarnya, kekurangan murid SMP swasta merupakan masalah yang terjadi hampir setiap tahun. Hal itu terjadi karena persaingan ketat dengan lembaga pendidikan lain. Mulai dari SMP negeri, madrasah tsanawiyah (MTs), maupun pondok pesantren. Dari 72 SMP swasta yang ada di Kota Malang, hanya 10 persen saja yang bisa menutupi pagu mereka.

Sekretaris Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP swasta Kota Malang Rudiyanto menuturkan, saat ini mayoritas sekolah swasta sedang  gelisah menunggu tambahan siswa baru. Para kepala sekolah berpandangan, dengan sudah dimulainya Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), peluang pergeseran siswa menjadi sangat sedikit. ”Kami sudah lelah menanti dan menunggu. Kalau sudah masuk sekolah, kecil sekali peluang pendaftar baru,” keluh Rudiyanto.

Baca Juga:  Bersinergi Lestarikan Sumber Daya Air, UB Gelar Seminar Internasional

Menurutnya, rasa putus asa dari kepala sekolah swasta bisa dilihat dari keengganan mereka menyerahkan perkembangan data siswa baru. Kepala sekolah memandang hal itu sudah tidak ada gunanya. Karena jumlah siswa tidak akan bertambah. ”Saat ini teman-teman sedang bersedih. Terutama sekolah yang bukan sasaran utama masyarakat. Perjuangan sangat keras untuk mencari murid,” tutur Kepala Sekolah SMP Sriwedari Kota Malang itu.

Rudiyanto mengatakan, sekolah sasaran utama itu merupakan 10 persen lembaga pendidikan yang tiap tahunnya pagu siswa bisa terpenuhi.  Ada empat kategori sekolah sasaran utama masyarakat. Pertama berbasis pondok pesantren, boarding, atau asrama. Kemudian, sekolah dengan bendera keagamaan tertentu. Lalu sekolah yang dilirik karena prestasi, meski harus bayar mahal. Terakhir sekolah bergengsi karena yayasan besar yang menaungi atau di bawah bendera perguruan tinggi ternama. ”Bisa dihitung jari sekolah yang menjadi sasaran masyarakat. Sementara lainnya ya harus bekerja keras cari murid,” imbuhnya.

Baca Juga:  Car Free Day Dongkrak Ekonomi Warga Malang

Ditegaskan Rudiyanto, 90 persen sekolah swasta yang kekurangan murid ini juga sudah berupaya semaksimal mungkin untuk menarik minat calon peserta didik. Mulai dari penataan dan pembenahan di internal sekolah, branding sekolah, promosi lewat medsos, presentasi ke SD dan MI. Serta, meminta bantuan publikasi ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang. Namun, tetap saja mereka harus menerima kenyataan kekurangan murid baru. (adk/fat)

MALANG KOTA – Masa penerimaan siswa baru untuk SMP masih dibuka hingga Agustus mendatang. Namun 90 persen SMP swasta di Kota Malang tampak mulai pasrah dan menerima kenyataan. Mereka tidak bisa memenuhi pagu atau kuota siswa baru pada tahun ini.

Sebenarnya, kekurangan murid SMP swasta merupakan masalah yang terjadi hampir setiap tahun. Hal itu terjadi karena persaingan ketat dengan lembaga pendidikan lain. Mulai dari SMP negeri, madrasah tsanawiyah (MTs), maupun pondok pesantren. Dari 72 SMP swasta yang ada di Kota Malang, hanya 10 persen saja yang bisa menutupi pagu mereka.

Sekretaris Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP swasta Kota Malang Rudiyanto menuturkan, saat ini mayoritas sekolah swasta sedang  gelisah menunggu tambahan siswa baru. Para kepala sekolah berpandangan, dengan sudah dimulainya Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), peluang pergeseran siswa menjadi sangat sedikit. ”Kami sudah lelah menanti dan menunggu. Kalau sudah masuk sekolah, kecil sekali peluang pendaftar baru,” keluh Rudiyanto.

Baca Juga:  Disdikbud Perbolehkan Sekolah Pinjam Bus Halokes  

Menurutnya, rasa putus asa dari kepala sekolah swasta bisa dilihat dari keengganan mereka menyerahkan perkembangan data siswa baru. Kepala sekolah memandang hal itu sudah tidak ada gunanya. Karena jumlah siswa tidak akan bertambah. ”Saat ini teman-teman sedang bersedih. Terutama sekolah yang bukan sasaran utama masyarakat. Perjuangan sangat keras untuk mencari murid,” tutur Kepala Sekolah SMP Sriwedari Kota Malang itu.

Rudiyanto mengatakan, sekolah sasaran utama itu merupakan 10 persen lembaga pendidikan yang tiap tahunnya pagu siswa bisa terpenuhi.  Ada empat kategori sekolah sasaran utama masyarakat. Pertama berbasis pondok pesantren, boarding, atau asrama. Kemudian, sekolah dengan bendera keagamaan tertentu. Lalu sekolah yang dilirik karena prestasi, meski harus bayar mahal. Terakhir sekolah bergengsi karena yayasan besar yang menaungi atau di bawah bendera perguruan tinggi ternama. ”Bisa dihitung jari sekolah yang menjadi sasaran masyarakat. Sementara lainnya ya harus bekerja keras cari murid,” imbuhnya.

Baca Juga:  Deteksi Narkoba, Anggota Polresta Dites Urine Dadakan, Hasilnya…

Ditegaskan Rudiyanto, 90 persen sekolah swasta yang kekurangan murid ini juga sudah berupaya semaksimal mungkin untuk menarik minat calon peserta didik. Mulai dari penataan dan pembenahan di internal sekolah, branding sekolah, promosi lewat medsos, presentasi ke SD dan MI. Serta, meminta bantuan publikasi ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang. Namun, tetap saja mereka harus menerima kenyataan kekurangan murid baru. (adk/fat)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/