Terobosan baru dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Malang untuk menangani persoalan stunting. Yakni melalui program bantuan pangan untuk menjamin balita teridentifikasi stunting mendapatkan gizi cukup setiap harinya.
Program bantuan pangan untuk mengatasi stunting tersebut diberi nama Rantang Kasih. Sebelumnya, bantuan pangan ini pernag digagas untuk para lansia di tahun 2022 lalu.
Ketika itu, pemkot menganggarkan dana hingga Rp 11 miliar untuk gagasan tersebut. Mereka yang terdaftar sebagai penerima, bakal mendapatkan makanan tiga kali sehari.
Wali Kota Malang Drs H Sutiaji mengatakan, keberhasilan Rantang Kasih pada lansia itulah yang saat ini diterapkan untuk menangani kasus stunting di Kota Malang.
Berdasarkan data dinas sosial, ada dua balita terindikasi kekurangan asupan gizi yang menjadi pilot project. “Keduanya merupakan balita berusia 19 bulan dari Kota Lama. Mereka sudah di-cover rantang kasih sejak bulan lalu,” ujarnya.
Untuk optimalisasi program tersebut, pihaknya bakal melibatkan aparatur sipil negara (ASN). Setiap ASN bahkan diberi tanggung jawab untuk memantau dan membantu anak agar terlepas dari angka stunting.
“Kami bagi ASN itu dari 8 koma sekian persen (anak stunting) untuk dipantau secara berkala,” jelas Sutiaji.
Dia menekankan, tanggung jawab tersebut bukan hanya sekadar mengingatkan soal pola makan saja. Namun juga memperhatikan kondisi tumbuh kembang anak.

“ASN punya tanggung jawab, bukan hanya memberikan makan, tapi juga mengingatkan. Ketika ada pertanyaan misalnya butuh nutrisionis, maka perlu disampaikan,” tandasnya.
Plt Kepala Dinsos-P3AP2KB Ida Ayu Made Wahyuni menambahkan, untuk memantau progress dua balita stunting pilot project Rantang Kasih, Dinsos menggandeng kader dan pendamping RW di kelurahan.
Dua anak dalam kondisi stunting itu diberi makanan gizi seimbang tiga kali sehari. Menunya disesuaikan dengan tetap memperhatikan asupan gizi yang dibutuhkan.
Dengan pola yang diadopsi dari program rantang kasih, dapat dipastikan makanan tersebut diberikan dan dikonsumsi oleh sang anak. Sebab, jika diberikan berupa bahan pangan atau bahan pokok, ada kekhawatiran digunakan oleh orang lain.
Dari hasil uji coba selama satu bulan itu,, hasil yang diperoleh menunjukan progres cukup bagus. Dua anak tersebut menunjukan peningkatan tinggi dan berat badannya.
“Tinggi badannya naik setengah centimeter kemudian berat badan setengah kilogram. Itu artinya intervensi yang kami berikan sudah masuk. Progressnya sudah sesuai,” tandas Ida.
(Jprm3/adk/nen)