21.8 C
Malang
Jumat, November 17, 2023

Jumlah Penduduk Sedikit, Klojen Tetap Paling Padat

 

MALANG KOTA – Pertumbuhan penduduk di Kota Malang tiap tahun terus mengalami kenaikan. Itu bisa dilihat dari data jumlah penduduk yang mengalami kenaikan selama tiga tahun terakhir. Adanya peningkatan jumlah penduduk itu membuat wilayah Kota Malang makin padat. Dari lima kecamatan yang ada di Kota Malang, Klojen menjadi wilayah terpadat.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang Erny Fatma Setyoharini mengatakan, ada dua faktor yang menyebabkan pertumbuhan penduduk selalu meningkat tiap tahun. Pertama jumlah kelahiran, yang kedua perpindahan penduduk. ”Jumlah penduduk paling tinggi masih dipegang Kecamatan Kedungkandang dengan 208.741 jiwa. Sementara Kecamatan Klojen paling sedikit dengan 94.039 penduduk,” tutur Eny.

Meski jumlah penduduk terbanyak berada di Kedungkandang, tapi wilayah itu memiliki tingkat kepadatan yang terendah. Justru sebaliknya, Kecamatan Klojen yang paling sedikit jumlah penduduknya memiliki tingkat kepadatan paling tinggi.

Sebagai informasi, luas Kecamatan Klojen hanya 8.83 kilometer persegi. Sementara luas Kecamatan Kedungkandang mencapai 39,89 kilometer persegi. ”Di Kecamatan Klojen, per satu kilometer persegi ditempati 10.651 jiwa. Sementara di Kedungkandang hanya, satu kilometer persegi ditempati 5.237 jiwa,” sambung Eny.

Baca Juga:  Ngebut di Tengah Kota, Mobil Pelajar Tabrak Dua Kendaraan dan Loncati Median

Artinya, wilayah Kecamatan Klojen kini sudah penuh dengan kawasan permukiman. Bahkan bisa dibilang ruang untuk pembangunan rumah baru pun sulit terwujud. Sementara di Kedungkandang masih ada beberapa lahan yang tersisa untuk bisa digunakan sebagai kawasan perumahan. Seperti di Kelurahan Wonokoyo dan Arjowinangun.

Sementara itu, untuk menekan ketimpangan kepadatan wilayah, Pemkot Malang berupaya melakukan pemerataan pembangunan. Mulai dari pemerataan layanan dasar, pendidikan, hingga kesehatan.

”Termasuk pengendalian penduduk melalui Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana (Dinsos-P3AP2KB),” kata Kepala Badan Pembangunan Daerah Kota Malang (Bapeda) Kota Malang Dwi Rahayu.

Untuk pengendalian penduduk, Dinsos-P3AP2KB Kota Malang menyelenggarakan program keluarga berencana (KB). Salah satunya melalui Metode KB Jangka Panjang (MKJP) yang terdiri dari tubektomi, vasektomi, IUD (intrauterine device), dan implan.

Baca Juga:  Dua Hari, Korem 083 Baladhika Jaya Gelontorkan 15 Ribu Vaksin

Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Dinsos-P3AP2KB Kota Malang Sri Umiasih menjelaskan, dalam MKJP tahun 2023, pihaknya menargetkan 1.162 orang menjadi akseptor KB. Terdiri dari 90 orang akseptor tubektomi, 10 orang akseptor vasektomi, 564 akseptor IUD, dan 498 akseptor implan.

”Sampai bulan April baru 370 akseptor KB yang terdiri dari 162 akseptor implan, 185 akseptor IUD, dan 23 akseptor tubektomi. Sementara peminat vasektomi masih belum ada,” terang dia.

Sri melanjutkan, target akseptor KB tahun ini lebih sedikit dari tahun 2022. Yakni 1.437 akseptor dengan capaian sebanyak 971 akseptor. Namun, target program MKJP yang menentukan adalah pemerintah pusat. ”Kalau dari peminat, terus terang kebanyakan laki-laki paling sedikit. Tapi kami upayakan sosialisasi secara terus menerus dalam rangka pengendalian penduduk,” tegasnya. (adk/mel/fat)

 

MALANG KOTA – Pertumbuhan penduduk di Kota Malang tiap tahun terus mengalami kenaikan. Itu bisa dilihat dari data jumlah penduduk yang mengalami kenaikan selama tiga tahun terakhir. Adanya peningkatan jumlah penduduk itu membuat wilayah Kota Malang makin padat. Dari lima kecamatan yang ada di Kota Malang, Klojen menjadi wilayah terpadat.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang Erny Fatma Setyoharini mengatakan, ada dua faktor yang menyebabkan pertumbuhan penduduk selalu meningkat tiap tahun. Pertama jumlah kelahiran, yang kedua perpindahan penduduk. ”Jumlah penduduk paling tinggi masih dipegang Kecamatan Kedungkandang dengan 208.741 jiwa. Sementara Kecamatan Klojen paling sedikit dengan 94.039 penduduk,” tutur Eny.

Meski jumlah penduduk terbanyak berada di Kedungkandang, tapi wilayah itu memiliki tingkat kepadatan yang terendah. Justru sebaliknya, Kecamatan Klojen yang paling sedikit jumlah penduduknya memiliki tingkat kepadatan paling tinggi.

Sebagai informasi, luas Kecamatan Klojen hanya 8.83 kilometer persegi. Sementara luas Kecamatan Kedungkandang mencapai 39,89 kilometer persegi. ”Di Kecamatan Klojen, per satu kilometer persegi ditempati 10.651 jiwa. Sementara di Kedungkandang hanya, satu kilometer persegi ditempati 5.237 jiwa,” sambung Eny.

Baca Juga:  Telan Rp 2 M, Film Tema Pandemi Karya Malvocs Sukses Angkat Citra SMK

Artinya, wilayah Kecamatan Klojen kini sudah penuh dengan kawasan permukiman. Bahkan bisa dibilang ruang untuk pembangunan rumah baru pun sulit terwujud. Sementara di Kedungkandang masih ada beberapa lahan yang tersisa untuk bisa digunakan sebagai kawasan perumahan. Seperti di Kelurahan Wonokoyo dan Arjowinangun.

Sementara itu, untuk menekan ketimpangan kepadatan wilayah, Pemkot Malang berupaya melakukan pemerataan pembangunan. Mulai dari pemerataan layanan dasar, pendidikan, hingga kesehatan.

”Termasuk pengendalian penduduk melalui Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana (Dinsos-P3AP2KB),” kata Kepala Badan Pembangunan Daerah Kota Malang (Bapeda) Kota Malang Dwi Rahayu.

Untuk pengendalian penduduk, Dinsos-P3AP2KB Kota Malang menyelenggarakan program keluarga berencana (KB). Salah satunya melalui Metode KB Jangka Panjang (MKJP) yang terdiri dari tubektomi, vasektomi, IUD (intrauterine device), dan implan.

Baca Juga:  Keberadaan Ghost Restaurant Masih Tuai Pro dan Kontra

Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Dinsos-P3AP2KB Kota Malang Sri Umiasih menjelaskan, dalam MKJP tahun 2023, pihaknya menargetkan 1.162 orang menjadi akseptor KB. Terdiri dari 90 orang akseptor tubektomi, 10 orang akseptor vasektomi, 564 akseptor IUD, dan 498 akseptor implan.

”Sampai bulan April baru 370 akseptor KB yang terdiri dari 162 akseptor implan, 185 akseptor IUD, dan 23 akseptor tubektomi. Sementara peminat vasektomi masih belum ada,” terang dia.

Sri melanjutkan, target akseptor KB tahun ini lebih sedikit dari tahun 2022. Yakni 1.437 akseptor dengan capaian sebanyak 971 akseptor. Namun, target program MKJP yang menentukan adalah pemerintah pusat. ”Kalau dari peminat, terus terang kebanyakan laki-laki paling sedikit. Tapi kami upayakan sosialisasi secara terus menerus dalam rangka pengendalian penduduk,” tegasnya. (adk/mel/fat)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/