Pemerintah Kota (Pemkot) Malang sudah punya master plan drainase anti-banjir. Targetnya, 2028 tidak ada banjir lagi di Kota Malang. Sejauh mana keseriusan pemerintah untuk merealisasikannya?
LANGKAH menuju Kota Malang bebas banjir sudah dimulai sejak awal tahun ini. Rampungnya penyusunan master plan drainase, kemudian disusul pembangunan di sejumlah titik. Dari pembangunan 35 titik drainase yang dicanangkan, tahun ini digarap sembilan titik terlebih dahulu. Sisanya dilanjutkan pada 2024, 2025 hingga 2028 depan.
Kesembilan titik drainase baru itu menyebar di sembilan kelurahan. Yakni Madyopuro, Pisang Candi, Jatimulyo, Cemorokandang, Tlogowaru, OroOro Dowo, Buring, Wonokoyo, dan Bandulan. Sementara, baru drainase di wilayah Bandulan yang rampung pengerjaannya (selengkapnya baca grafis).
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPRPKP) Kota Malang R. Dandung Djulharjanto mengungkapkan, tahun ini pihaknya mengalokasikan Rp 26,2 miliar untuk sembilan titik drainase tersebut. Sembari menyelesaikan 9 titik yang merupakan rencana awal, pihaknya berencana menambah lagi.
Ketika pembahasan Perubahan Anggaran Keuangan (PAK) APBD 2023 pada pertengahan tahun nanti, dia akan mengajukan penambahan anggaran lagi, sehingga titik drainase yang dibangun pun bisa bertambah juga. ”Kami berharap agar di PAK bisa bertambah. Penanganan banjir ini harus cepat terlaksana,” tutur Dandung kemarin.
Dia mengatakan, DPURPRPKP juga sudah memetakan kawasan mana saja yang perlu perhatian serius. Setidaknya, dia mengatakan, ada tiga titik langganan banjir yang harus mendapatkan perhatian ekstra. Yakni kawasan Sawojajar, Jalan Soekarno-Hatta (Suhat), dan simpang empat Jalan Galunggung.
Dia menyadari, tidak semua bisa dirampungkan tahun ini. Sebab, anggaran penanggulangannya cukup besar. Untuk kawasan Soekarno Hatta saja, Dandung mengatakan, membutuhkan dana hingga Rp 70 miliar.
Sedangkan penanggulangan banjir di simpang empat Jalan Galunggung mengandalkan penuntasan drainase sistem jacking (pengerukan di bawah tanah). Drainase sudah dibangun sejak 2013 lalu, namun terkatung-katung hingga saat ini. Padahal kala itu pemkot sudah menggelontorkan dana Rp 38 miliar untuk pembangunannya.
“Sementara untuk penanganan banjir di Sawojajar sudah masuk plan kami. Lelang juga sudah dilakukan. Pengerjaan drainase di kawasan itu dianggarkan Rp 11 miliar,” kata pejabat eselon II B Pemkot Malang itu.
”Jadi, mulai Jalan Danau Toba, Jalan Danau Kerinci, dan Jalan Ki Ageng Gribig dibangun drainase,” tambah Dandung.
Sementara terkait master plan drainase antibanjir tahun 2028, total membutuhkan biaya Rp 1,86 triliun. Dana tersebut dibutuhkan untuk membangun 35 titik drainase. Mengenai titik mana yang akan dikerjakan terlebih dahulu, dia mengatakan, tergantung skala prioritas dan ketersediaan anggaran. “Kami berharap juga ada bantuan dari provinsi Jawa Timur atau pemerintah pusat. Karena biayanya sangat besar,” tandasnya.(adk/dan)