MALANG KOTA – Naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi dua kali berturut-turut, yakni pada Februari dan 10 Juli lalu menyisakan masalah. Di Malang Raya, kebutuhan BBM subsidi seperti pertalite dan solar melonjak drastis.
Pertamina Fuel Malang mencatat, konsumsi BBM naik menjadi 1.500 kiloliter (KL) per hari. Lebih dari 80 persen atau sekitar 970 KL BBM merupakan konsumsi pertalite dan solar. Parahnya, konsumen dari dua jenis BBM subsidi dikategorikan memakai kendaraan mewah. Hal ini mengindikasikan bahwa subsidi BBM tak tepat sasaran.
Guna mengantisipasi masalah berkepanjangan, opsi menggunakan aplikasi MyPertamina bakal dilakukan. Hingga kini Pertamina belum menentukan kapan kebijakan tersebut dilakukan serentak di Malang Raya. Namun mereka sudah menyiagakan lima titik SPBU untuk pendaftaran MyPertamina.
”Sesuai instruksi pusat, diharuskan melakukan ini (sosialisasi). Waktunya sampai tiga bulan,” kata Section Head Communication and Relations Pertamina Patra Niaga Jatim, Bali dan Nusa Tenggara (Jatimbalinus) Arya Yusa Dwicandra, kemarin.
Artinya, September mendatang para pengendara yang ingin mengisi pertalite atau solar siap-siap saja menunjukkan aplikasi tersebut. Bukan tanpa alasan. Pertamina Malang masih melihat masyarakat membeli BBM subsidi untuk ditimbun. Agar tak jadi kelangkaan, penggunaan aplikasi diharapkan bisa melacak pembelian berdasar nomor polisi (nopol) kendaraan.
Hingga Jumat lalu (15/7), pendaftar aplikasi MyPertamina di Malang Raya sudah mencapai 111 ribu pengguna. Dengan rincian 110 ribu pengguna yang menggunakan pertalite dan seribu pengguna solar. ”Dengan begini, ke depan perlahan ada pengawasan penggunaan BBM subsidi,” kata Arya. Diberlakukannya aplikasi MyPertamina dan naiknya harga BBM nonsubsidi diprediksi menimbulkan gejolak ekonomi.
Ketua Program Studi (Prodi) Ekonomi, Keuangan dan Perbankan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Brawijaya (UB) Setyo Tri Wahyudi PhD memprediksi tingkat inflasi bakal naik. Terutama di wilayah Malang Raya yang bisa dilihat mobilitas warga cukup tinggi. ”Tentu masalah salah sasaran juga ada sebabnya, tapi kalau melihat beberapa bulan terakhir karena harga BBM subsidi terus merangkak naik,” jelasnya.
Naiknya pada harga BBM memang tak memengaruhi tingkat konsumsi saja. Menurut Setyo, naiknya harga BBM nonsubsidi bisa mengubah perilaku masyarakat. Perubahan itu berupa perilaku dalam mengonsumsi BBM jika sebelumnya menggunakan Pertamax Turbo, akan beralih ke Pertamax maupun ke Pertalite.
Artinya, konsumsi BBM subsidi bakal semakin meningkat. Padahal, lanjutnya, subsidi terbesar pemerintah diberikan pada jenis Pertamax dan Pertalite. Lalu apakah kebijakan memakai aplikasi MyPertamina efektif? Setyo berpendapat, hal tersebut tidaklah efektif pelaksanaannya. Mengingat masih banyak masyarakat di Malang Raya yang belum familiar dengan penggunaan aplikasi online.
”Masyarakat kita sudah telanjur memiliki kesan ”semakin merepotkan”. Itu yang jadi masalah,” tandas Setyo. (adn/dan)