23.2 C
Malang
Jumat, Desember 8, 2023

Wali Kota Malang Sutiaji Adopsi Cara Tiongkok Olah Sampah

MALANG KOTA – Demi mewujudkan target 2028 Kota Malang bebas sampah, Wali Kota Malang Sutiaji melakukan studi banding ke Tiongkok. Dipilihnya Tiongkok karena negeri tirai bambu tersebut berpenduduk padat, sehingga problem pengelolaan sampahnya diyakini tidak jauh beda dengan Indonesia. Namun mereka mampu menanganinya, sehingga solusinya diharapkan bisa diterapkan di Kota Malang.

Dalam kunjungannya ke salah satu pengelolaan sampah di Tiongkok, Sutiaji mengaku takjub dengan teknologi di sana. Meski volume sampahnya besar, tapi tidak menyisakan satu persen pun yang masuk ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Sebab, sampah dipilah sesuai dengan jenisnya, seperti material besi, plastik, maupun material organik.

Bahkan kantong plastik yang selama ini menjadi momok karena sulit terurai, kata Sutiaji, bisa diproses menjadi bahan yang bernilai. Di antaranya berupa batako, paving block, bata ringan, palet plastik, maupun kusen.

Baca Juga:  Di Kota Batu, Pengguna Internet Naik Drastis

Sedangkan untuk sampah organik diolah menjadi pupuk. Keseluruhan proses teknologi ini diterapkan dan dikendalikan melalui suatu control room (ruang kendali). “Prosesnya luar biasa. Sampai hasil finishing ini ada bahan yang bisa digunakan untuk banyak material,” ujar Sutiaji kemarin.

”Tidak berbau sama sekali. Inilah yang akan kami adopsi. Kami usahakan utamanya di Kota Malang,” tambah Sutiaji yang didampingi beberapa pejabat eselon II Pemkot Malang.

Ketika teknologi tersebut berhasil diadopsi, Sutiaji mengatakan, akan memantapkan sejumlah upaya dilakukan masyarakat maupun Pemerintah Kota Malang dalam mengelola sampah. Seperti sanitary landfill yang saat ini sudah diterapkan TPA Supit Urang. Teknologi tersebut mengolah sampah hingga 400 ton sehari. ”Nantinya, sampah akan memiliki nilai ekonomis, ketika pengolahan modern ini bisa diterapkan,” tandas Sutiaji. (adk/dan)

MALANG KOTA – Demi mewujudkan target 2028 Kota Malang bebas sampah, Wali Kota Malang Sutiaji melakukan studi banding ke Tiongkok. Dipilihnya Tiongkok karena negeri tirai bambu tersebut berpenduduk padat, sehingga problem pengelolaan sampahnya diyakini tidak jauh beda dengan Indonesia. Namun mereka mampu menanganinya, sehingga solusinya diharapkan bisa diterapkan di Kota Malang.

Dalam kunjungannya ke salah satu pengelolaan sampah di Tiongkok, Sutiaji mengaku takjub dengan teknologi di sana. Meski volume sampahnya besar, tapi tidak menyisakan satu persen pun yang masuk ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Sebab, sampah dipilah sesuai dengan jenisnya, seperti material besi, plastik, maupun material organik.

Bahkan kantong plastik yang selama ini menjadi momok karena sulit terurai, kata Sutiaji, bisa diproses menjadi bahan yang bernilai. Di antaranya berupa batako, paving block, bata ringan, palet plastik, maupun kusen.

Baca Juga:  Upaya Tracing di Kota Batu Masih Mendapat Penolakan Warga

Sedangkan untuk sampah organik diolah menjadi pupuk. Keseluruhan proses teknologi ini diterapkan dan dikendalikan melalui suatu control room (ruang kendali). “Prosesnya luar biasa. Sampai hasil finishing ini ada bahan yang bisa digunakan untuk banyak material,” ujar Sutiaji kemarin.

”Tidak berbau sama sekali. Inilah yang akan kami adopsi. Kami usahakan utamanya di Kota Malang,” tambah Sutiaji yang didampingi beberapa pejabat eselon II Pemkot Malang.

Ketika teknologi tersebut berhasil diadopsi, Sutiaji mengatakan, akan memantapkan sejumlah upaya dilakukan masyarakat maupun Pemerintah Kota Malang dalam mengelola sampah. Seperti sanitary landfill yang saat ini sudah diterapkan TPA Supit Urang. Teknologi tersebut mengolah sampah hingga 400 ton sehari. ”Nantinya, sampah akan memiliki nilai ekonomis, ketika pengolahan modern ini bisa diterapkan,” tandas Sutiaji. (adk/dan)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/