30.4 C
Malang
Jumat, Desember 8, 2023

Gelar Festival, GWS Jadi Inspirasi Pengelolaan Ruang Padat Penduduk

MALANG KOTA – Glintung Water Street (GWS), kampung tematik di Jalan Letjen S Parman Gang 1 Kota Malang ini menjadi inspirasi masyarakat saat menggelar Festival Urban Farming, Minggu (8/11). Dari festival itu diperlihatkan cara pengelolaan ruang permukiman penduduk perkotaan dengan mengkolaborasikan perikanan, peternakan, dan pertanian.

“Pameran urban farming yang kami adakan ini memang mengunggulkan pertanian, peternakan, dan perikanan. Dari pameran ini diharapkan pengunjung dari luar kampung kami mendapatkan gambaran pengelolaan ruang permukiman padat penduduk,” ujar Ageng Wijaya Kusuma, ketua Pokdarwis GWS ditemui di lokasi festival urban farming di Balai RW 05 Purwantoro, Blimbing.

Ageng mengatakan, pameran yang digelar ini diikuti sekitar 300 peserta dengan menghadirkan aneka bibit ikan dan tanaman hidroponik yang diperjualbelikan.
“Yang dipamerkan di acara sini semuanya hasil budidaya warga kami, mulai bibit ikan cupang, sayuran, dan tanaman hias,” jelas dia.

Baca Juga:  Musim Durian Telah Tiba, Pedagang Belum Bisa Nikmati Untungnya

Tak hanya tangguh di bidang pangan, Ageng mengatakan, GWS juga tangguh di bidang pendidikan, kesehatan, dan kemanan. “Kami juga bergerak di bidang pendidikan, dengan mengajak anak-anak kami cinta lingkungan. Banyak cara yang digunakan, salah satunya adalah lomba mewarna khusus anak-anak,” jelasnya.

Lebih lanjut Ageng menjelaskan, agar tidak menimbulkan kerumunan dan bergerombol, kegiatan di acara tersebut digilir antara anak-anak dan orang dewasa.
“Untuk anak-anak, kegiatannya agak siang usai acara. Jadi biar bisa fokus ikut lomba mewarnai,” ujar Ageng.

Tak hanya pameran dan lomba untuk anak, Ageng mengatakan, di Festival Urban Farming ini juga tersedia beragam kuliner. Mulai dari cenil, dawet, bakso, mi pangsit, dan lainnya.

Baca Juga:  Animo Masyarakat Tinggi, CFD Diperluas hingga Jalan Semeru

Dia mengungkapkan, GWS adalah kampung tematik pertama yang boleh buka di Kota Malang selama masa pandemi. “Kami pernah meraih juara 1 Kampung Tangguh dan mendapatkan sertifikat. Lalu, pada sekitar April-Mei kampung kami alhamdulillah sudah boleh dikunjungi. Walaupun tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat,” ujar Ageng.

Salah seorang pengunjung, Mustika Wenny mengatakan, pameran yang dekat rumahnya ini sangat menginspirasi baginya. “Kebetulan saya lagi menekuni urban farming di rumah. Sehingga aneka tanaman dan bibit yang dipamerkan ini banyak memberikan saya referensi untuk dipraktikkan di rumah,” kata Mustika.

Pewarta : Errica Vannie

MALANG KOTA – Glintung Water Street (GWS), kampung tematik di Jalan Letjen S Parman Gang 1 Kota Malang ini menjadi inspirasi masyarakat saat menggelar Festival Urban Farming, Minggu (8/11). Dari festival itu diperlihatkan cara pengelolaan ruang permukiman penduduk perkotaan dengan mengkolaborasikan perikanan, peternakan, dan pertanian.

“Pameran urban farming yang kami adakan ini memang mengunggulkan pertanian, peternakan, dan perikanan. Dari pameran ini diharapkan pengunjung dari luar kampung kami mendapatkan gambaran pengelolaan ruang permukiman padat penduduk,” ujar Ageng Wijaya Kusuma, ketua Pokdarwis GWS ditemui di lokasi festival urban farming di Balai RW 05 Purwantoro, Blimbing.

Ageng mengatakan, pameran yang digelar ini diikuti sekitar 300 peserta dengan menghadirkan aneka bibit ikan dan tanaman hidroponik yang diperjualbelikan.
“Yang dipamerkan di acara sini semuanya hasil budidaya warga kami, mulai bibit ikan cupang, sayuran, dan tanaman hias,” jelas dia.

Baca Juga:  Hujan Sebentar, Sejumlah Kawasan di Kota Malang Kebanjiran

Tak hanya tangguh di bidang pangan, Ageng mengatakan, GWS juga tangguh di bidang pendidikan, kesehatan, dan kemanan. “Kami juga bergerak di bidang pendidikan, dengan mengajak anak-anak kami cinta lingkungan. Banyak cara yang digunakan, salah satunya adalah lomba mewarna khusus anak-anak,” jelasnya.

Lebih lanjut Ageng menjelaskan, agar tidak menimbulkan kerumunan dan bergerombol, kegiatan di acara tersebut digilir antara anak-anak dan orang dewasa.
“Untuk anak-anak, kegiatannya agak siang usai acara. Jadi biar bisa fokus ikut lomba mewarnai,” ujar Ageng.

Tak hanya pameran dan lomba untuk anak, Ageng mengatakan, di Festival Urban Farming ini juga tersedia beragam kuliner. Mulai dari cenil, dawet, bakso, mi pangsit, dan lainnya.

Baca Juga:  Cegah Tindakan Asusila, Legislator Usul Ganti Bangku Ijen dengan Single Seat

Dia mengungkapkan, GWS adalah kampung tematik pertama yang boleh buka di Kota Malang selama masa pandemi. “Kami pernah meraih juara 1 Kampung Tangguh dan mendapatkan sertifikat. Lalu, pada sekitar April-Mei kampung kami alhamdulillah sudah boleh dikunjungi. Walaupun tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat,” ujar Ageng.

Salah seorang pengunjung, Mustika Wenny mengatakan, pameran yang dekat rumahnya ini sangat menginspirasi baginya. “Kebetulan saya lagi menekuni urban farming di rumah. Sehingga aneka tanaman dan bibit yang dipamerkan ini banyak memberikan saya referensi untuk dipraktikkan di rumah,” kata Mustika.

Pewarta : Errica Vannie

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/