TAK BISA TIDUR ATAU HISTERIS SAAT INGAT KERUSUHAN
TRAGEDI Kanjuruhan tak hanya membuat 131 orang meninggal dunia. Tapi juga menyisakan trauma mendalam bagi korban-korban yang masih hidup. Untuk itu, sejumlah pihak berupaya memberikan pendampingan psikologis. Termasuk layanan trauma healing yang disediakan Pemkot Malang. Hingga kini, ada 13 orang yang sudah mendapat pendampingan.
Menurut Sub Koordinator Sub Substansi Pengendalian Penyakit Tidak Menular Dinkes Kota Malang drg Muhammad Zamroni, sampai Kamis (6/10) pukul 11.00 WIB, yang datang ke posko atau home visit ada 10 orang. Sementara yang membutuhkan pendampingan di RSSA sebanyak 3 orang.
“Saat ini, keluhan yang mendominasi korban selamat adalah keluhan kesehatan fisik. Prediksi kami akan mulai timbul banyak keluhan secara psikologis dua minggu mendatang,” kata Zamroni.
Untuk itu, pihaknya akan terus melakukan pemantauan melalui pengelola program kesehatan jiwa dari puskesmas. Jika memerlukan konsultasi, kunjungan, atau rujukan, psikolog yang tergabung dalam tim Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial (DKJPS) siap melayani.
“Hari ini juga masih berlangsung kunjungan oleh para psikolog ke rumah-rumah korban tragedi Kanjuruhan,” ujar pejabat eselon IV A Pemkot Malang itu.
Dalam memberikan pendampingan, ada 2 psikolog dari Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Jawa Timur yang disiagakan pada setiap shift. Mereka dibantu 3 orang dokter spesialis kesehatan jiwa, 16 pengelola program kesehatan jiwa, serta dokter puskesmas.
Salah seorang psikolog yang bertugas, Nabila Amanda, mengungkapkan biasanya saat shift pagi sampai sore tidak begitu banyak korban yang datang. Namun sore sampai malam akan lebih banyak. “Mungkin kalau pagi banyak yang bekerja atau sekolah. Untuk saat ini yang datang kebanyakan memang mengeluh cedera fisik, mual, hingga muntah,” imbuhnya.
Kepada para psikolog, korban menceritakan keluhan psikis yang beragam. Misalnya, terus teringat kejadian sehingga sulit tidur. Bahkan ada yang histeris jika teringat kejadian di Stadion Kanjuruhan. Hal itu terjadi lantaran mereka melihat dan merasakan langsung situasi yang sangat mencekam. “Ada yang terkena gas air mata, berdesakan, terjepit, hingga menyaksikan orang-orang di sekitarnya meninggal dunia,” terangnya.
Terkait tindak lanjut, pihaknya akan melakukan follow up selama 3 hari sampai 1 minggu. Jika perlu dilakukan kunjungan ke rumah, maka tim akan melakukannya. “Yang mereka alami sebenarnya baru reaksi awal. Belum sampai gangguan. Nanti akan kami berikan konseling dan relaksasi pernapasan agar mereka bisa meng-handle diri saat mengalami gelisah atau menangis tiba-tiba,” pungkasnya.
Korban Luka Terus Berdatangan
Korban luka akibat tragedi Kanjuruhan yang mendatangi rumah sakit terus bertambah. Misalnya yang terjadi di Rumah Sakit Saiful Anwar kemarin (6/10). Empat suporter datang ke RS milik Pemprov Jatim itu setelah dirujuk dari fasilitas kesehatan lainnya. Rata-rata mengeluh sesak dan nyeri badan.
“Kami mendapat tambahan pasien dari wilayah Malang Raya. Sekarang dirawat di IGD,” kata Humas RSSA Donny Iryan Vebri Prasetyo. Hingga kemarin, RSSA menampung 34 korban luka akibat kericuhan di Stadion Kanjuruhan pada 1 Oktober lalu. Itu termasuk tujuh orang yang dirawat di ICU (Intensive Care Unit). Mereka mengalami luka berat seperti hilang kesadaran hingga sesak napas.
Sementara itu, 12 orang berada di high care dengan luka sedang. Sisanya, sebanyak 15 pasien berada di ruang perawatan biasa karena mengalami luka ringan. Pihaknya menjamin seluruh dokter dan perawat bekerja optimal menangani para korban tragedi Kanjuruhan.
Donny menyebut penambahan korban yang dirawat cenderung fluktuatif. Meski ada penambahan, pihaknya juga mencatat sebagian korban sudah banyak yang pulang ke rumah. “Ada 34 orang yang sudah pulang. Mereka dinyatakan sembuh oleh dokter yang menangani,” imbuhnya.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Malang dr Husnul Muarif menyebut penambahan korban tragedi Kanjuruhan yang dirawat cenderung fluktuatif. Namun untuk warga Kota Malang yang dirawat di RS hanya ada 15 orang. “Yang 12 orang di RSSA, tiga lainnya di RSUD Kota Malang,” bebernya.
Menurut Husnul, 15 korban itu mayoritas mengalami luka ringan hingga sedang. Keluhan sesak napas hingga memar masih mendominasi. Dia berpesan kepada masyarakat yang masih merasa sakit akibat tragedi Kanjuruhan sesegera mungkin datang ke puskesmas terdekat. Jika ada luka cukup parah, maka pihak puskesmas akan memberikan rujukan ke RS. “Kami juga standby di balai kota untuk memantau data terbaru apakah ada warga yang mengeluh sakit setelah kejadian,” tandas Husnul. (mel/and/fat)