22.7 C
Malang
Sabtu, Desember 9, 2023

Hanya di Kelurahan Karangbesuki, Miliki Wisata Lima Kampung Tematik

MALANG KOTA-Karangbesuki termasuk salah satu kelurahan di Kota Malang yang inovatif. Hal itu terlihat dari banyaknya wisata lokal di masing-masing RW. Dalam satu kelurahan saja, wilayah yang dipimpin oleh Lurah R. Syahrial Hamid ini memiliki lima kampung tematik.

 

Dari total 10 RW di Karang­besuki, lima RW di antaranya memiliki kampung tematik. Yakni RW 2, RW 3, RW 4, RW 6, dan RW 7. Meski kelima RW tersebut berada dalam satu kelurahan, namun memiliki kekhasan masing-masing.

”Setiap kelompok RW memiliki nilainya masing-masing. Keunggulan yang ditonjolkan di masing-masing kampung tematik itu berbeda-beda,” ujar Lurah Karang­besuki R. Syahrial Hamid, kemarin (29/6).

RW 3 misalnya, lanjut Syahrial, terdapat Kampung Telolet. Singkatan dari terong, lombok, lele, dan tomat. Menurut Syahrial, lingkungan di RW 3 ini asri dan memiliki tanah yang subur. ”Sehingga masyarakat memanfaatkannya untuk menanam sayur-sayuran tersebut,” imbuhnya.

Baca Juga:  Belajar Hargai Sungai di Festival Kali Brantas

Terpisah, Ketua RW 03 Soebrayarno menambahkan, adanya kampung Telolet didasarkan pada ide kam­pung berseri. ”Kami ingin menon­jolkan ciri khas kami, yakni men­ciptakan kampung yang asri,” katanya.

Kampung Telolet ini berdiri sejak tiga tahun lalu. Meski baru dibentuk, tapi sudah dikunjungi wisatawan. ”Meskipun mayoritas dari masyarakat kota Malang yang berkunjung,” tuturnya.

Selain kampung Telolet, RW 3 juga memiliki situs makan Mbah Mogog. Untuk mengulas histori Mbah Mogog, pihaknya bekerja sama dengan sejarawan Malang. ”Ini (makam Mbah Mogog) juga banyak pengunjung,” imbuh Soebrayarno.

Sedangkan kampung tematik lain di Kelurahan Karangbesuki adalah Kampung Sanitair. Keunggulan kampung ini menonjolkan kerajinan sanitair. Semua proses, mulai pengolahan hingga tuntas meng­gunakan tangan dan mesin.

”Produk yang dihasilkan berkaitan dengan kesehatan. Misalnya wastafel, toilet, dan lain-lain. Kam­pung tersebut ada di RW 2,” katanya.

Baca Juga:  Cegah KDRT, Polinema Beri Edukasi Ibu-Ibu di Madyopuro

Kemudian ada Kampung Religi dan situs Candi Wuring di RW 6. Lalu ada Kampung Edukasi di RW 7. Untuk RW 4 punya Kampung Tangguh, yakni kampung yang menyiapkan rumah isolasi untuk warga  yang terpapar Covid-19. Kampung Tangguh ini diresmikan oleh Wali Kota Malang Sutiaji, sejak dua tahun lalu.

Sementara itu, keberadaan kampung tematik di Kota Malang terus dikuatkan oleh Wali kota Malang Sutiaji. Hal itu dimaksudkan dalam rangka mendukung dan memaksimalkan potensi Kota Malang sebagai wisata heritage dan tematik.

”Kampung yang mempunyai kekhasan masing-masing, termasuk kampung tematik akan kita kuatkan,” ujar Wali Kota Malang Sutiaji, kemarin.

Penguatan yang dimaksud Sutiaji adalah memaksimalkan sarana Musrenbang kelurahan sebagai media aspirasi dan kebutuhan riil di masyarakat. Sehingga nantinya bisa dimasukkan dalam kebutuhan anggaran. (mit/dan)

MALANG KOTA-Karangbesuki termasuk salah satu kelurahan di Kota Malang yang inovatif. Hal itu terlihat dari banyaknya wisata lokal di masing-masing RW. Dalam satu kelurahan saja, wilayah yang dipimpin oleh Lurah R. Syahrial Hamid ini memiliki lima kampung tematik.

 

Dari total 10 RW di Karang­besuki, lima RW di antaranya memiliki kampung tematik. Yakni RW 2, RW 3, RW 4, RW 6, dan RW 7. Meski kelima RW tersebut berada dalam satu kelurahan, namun memiliki kekhasan masing-masing.

”Setiap kelompok RW memiliki nilainya masing-masing. Keunggulan yang ditonjolkan di masing-masing kampung tematik itu berbeda-beda,” ujar Lurah Karang­besuki R. Syahrial Hamid, kemarin (29/6).

RW 3 misalnya, lanjut Syahrial, terdapat Kampung Telolet. Singkatan dari terong, lombok, lele, dan tomat. Menurut Syahrial, lingkungan di RW 3 ini asri dan memiliki tanah yang subur. ”Sehingga masyarakat memanfaatkannya untuk menanam sayur-sayuran tersebut,” imbuhnya.

Baca Juga:  Subsidi BBM Tak Tepat Sasaran

Terpisah, Ketua RW 03 Soebrayarno menambahkan, adanya kampung Telolet didasarkan pada ide kam­pung berseri. ”Kami ingin menon­jolkan ciri khas kami, yakni men­ciptakan kampung yang asri,” katanya.

Kampung Telolet ini berdiri sejak tiga tahun lalu. Meski baru dibentuk, tapi sudah dikunjungi wisatawan. ”Meskipun mayoritas dari masyarakat kota Malang yang berkunjung,” tuturnya.

Selain kampung Telolet, RW 3 juga memiliki situs makan Mbah Mogog. Untuk mengulas histori Mbah Mogog, pihaknya bekerja sama dengan sejarawan Malang. ”Ini (makam Mbah Mogog) juga banyak pengunjung,” imbuh Soebrayarno.

Sedangkan kampung tematik lain di Kelurahan Karangbesuki adalah Kampung Sanitair. Keunggulan kampung ini menonjolkan kerajinan sanitair. Semua proses, mulai pengolahan hingga tuntas meng­gunakan tangan dan mesin.

”Produk yang dihasilkan berkaitan dengan kesehatan. Misalnya wastafel, toilet, dan lain-lain. Kam­pung tersebut ada di RW 2,” katanya.

Baca Juga:  RSI Unisma Proyek Kedua PT Dwiponggo Seto

Kemudian ada Kampung Religi dan situs Candi Wuring di RW 6. Lalu ada Kampung Edukasi di RW 7. Untuk RW 4 punya Kampung Tangguh, yakni kampung yang menyiapkan rumah isolasi untuk warga  yang terpapar Covid-19. Kampung Tangguh ini diresmikan oleh Wali Kota Malang Sutiaji, sejak dua tahun lalu.

Sementara itu, keberadaan kampung tematik di Kota Malang terus dikuatkan oleh Wali kota Malang Sutiaji. Hal itu dimaksudkan dalam rangka mendukung dan memaksimalkan potensi Kota Malang sebagai wisata heritage dan tematik.

”Kampung yang mempunyai kekhasan masing-masing, termasuk kampung tematik akan kita kuatkan,” ujar Wali Kota Malang Sutiaji, kemarin.

Penguatan yang dimaksud Sutiaji adalah memaksimalkan sarana Musrenbang kelurahan sebagai media aspirasi dan kebutuhan riil di masyarakat. Sehingga nantinya bisa dimasukkan dalam kebutuhan anggaran. (mit/dan)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/