BATU – Kenaikan harga pakan ayam sangat dikhawatirkan oleh Kelompok Peternak Ayam Petelur Batu. Mereka mulai waswas dengan kondisi tersebut.
Disampaikan Penasihat Asosiasi Kelompok Peternak Ayam Petelur Kota Batu Ludi Tanarto, populasi ayam memang menurun sehingga banyak kandang kosong. “Jadi, penyebabnya beberapa bulan lalu, banyak peternak yang merugi dan belum bisa bangkit kembali,” jelasnya.
Ludi mengaku, sebanyak 50 orang telah tergabung dalam Kelompok Peternak Ayam Petelur Kota Batu. “Kalau yang merugi ya semua anggota. Namun, sebagian ada yang bisa bertahan dan yang lainnya masih belum bisa bangkit,” tuturnya.
Menurutnya, jelang Natal dan tahun baru (Nataru) harga telur di pasaran masih terbilang cukup tinggi. Yakni, Rp 28 ribu hingga Rp 30 ribu per kilogramnya. Padahal, normalnya harga telur berkisar Rp 21 hingga Rp 22 ribu per kilogramnya.
“Intinya, kenaikan harga telur ini disebabkan harga pakan yang naik Rp 200 per kilogramnya sejak 1 Desember 2022 lalu. Semula, harga pakan ayam yakni Rp 5.300 kini menjadi Rp 5.500 per kilogramnya,” beber Ludi.
Menanggapi kenaikan harga telur ini, Ludi menyampaikan, salah satu solusinya dengan mendukung sebuah program Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan Perdagangan (Diskoperindag) Kota Batu terkait pasar murah. Sehingga, kegiatan tersebut dapat memberikan manfaat bagi masyarakat yang membutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya.
Ditambahkannya, kini para peternak sangat berharap pada Pemerintah Kota Batu khususnya Diskoperindag, dinas pertanian, dan Satpol PP untuk ikut menjaga stabilitas harga telur di Kota Batu. “Jadi, salah satu penyebab hancurnya harga telur karena keluarnya telur ayam tetas yang dijual bebas di pasaran,” imbuh dia. “Hal ini sering terjadi dan belum ada tindakan nyata dari stakeholder untuk menertibkannya,” sambungnya lagi. (ifa/lid)