30.6 C
Malang
Minggu, November 12, 2023

Kemarau, Dua Gunung Langganan Membara

KOTA BATU – Badan Penanggulangan Bencana Derah atau BPBD Kota Batu sudah siap-siap menyambut musim kemarau mulai pertengahan Juli ini. Lantaran Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami puncak musim kemarau pada bulan Agustus mendatang, termasuk di Kota Batu.

Dari situ, BMKG juga memprediksi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) berpeluang terjadi saat puncak musim kemarau nanti. Hal itu seperti yang terjadi tahun lalu, ada kebakaran hutan  hutan lereng Gunung dan Semeru. Sehingga bisa dikatakan BPBD mulai pasang kuda-kuda untuk memperkecil risiko bencana yang diprediksi akan datang.

Kepala BPBD Kota Batu Agung Sedayu mengatakan, saat musim kemarau datang hingga menyebabkan kekeringan di Kota Batu masih belum pernah terjadi. Artinya persediaan air untuk kebutuhan air minum maupun pertanian masih tercukupi. Akan tetapi, bencana alam yang sering terjadi di Kota Batu saat kemarau adalah kebakaran hutan dan angin puting beliung. Bencana tersebut hampir selalu terjadi tiap tahun.

Baca Juga:  Masa Pancaroba, Waspadai Flu-Radang Tenggorokan

“Untuk mengantisipasi kebakaran hutan kami sudah berkoordinasi dengan Perhutani. Sehingga, ketika ada laporan timbulnya titik api, kami tinggal action saja,” tegas Agung.

Titik lokasi yang dianggap memiliki indeks risiko tinggi atau rawan terjadi karhutla, berada di kawasan Gunung Panderman dan Arjuno.  Penyebabnya bakal banyak, yang jelas dimotori oleh  faktor manusia dan faktor alam.

Dijelaskan oleh Agung, faktor alam penyebab karhutla biasanya disebabkan oleh keadaan di hutan yang sangat kering. Lalu terdapat embusan angin. Sehingga menyebabkan gesekan antara ranting dengan dedaunan kering. Dari situ diketahui dan diyakini dapat menimbulkan percikan api.

Meski begitu, kata Agung, penyebab utama karhutla di Kota Batu adalah faktor manusia. “Contohnya seperti membuang puntung rokok sembarangan serta tidak dimatikan secara sempurna bekas api unggun. Itu semuanya biasanya menjadi penyebab utama,” tuturnya. Kebanyakan api unggun hanya dimatikan pada sisi atas, sementara sisi bawah belum mati secara maksimal.

Baca Juga:  Senangnya Anak-Anak Masuk Sekolah Hari Pertama

Untuk itu dia berpesan kepada masyarakat hutan dan pendaki gunung untuk benar-benar menjaga lingkungan. Tidak sembarangan membuang puntung rokok atau ketika membuat api unggun.

Lebih lanjut, pihaknya juga menjelaskan bahwa penyebab dari karhutla ada lagi lainnya. Yakni adanya kegiatan pembukaan lahan baru dengan cara dibakar.

“Diyakini pembukaan lahan dengan cara tersebut sangat efisien. Tapi saat di lapangan banyak yang nggak bisa mengendalikan api. Akhirnya timbul kebakaran tersebut,” tutupnya. (fif/lid)

KOTA BATU – Badan Penanggulangan Bencana Derah atau BPBD Kota Batu sudah siap-siap menyambut musim kemarau mulai pertengahan Juli ini. Lantaran Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami puncak musim kemarau pada bulan Agustus mendatang, termasuk di Kota Batu.

Dari situ, BMKG juga memprediksi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) berpeluang terjadi saat puncak musim kemarau nanti. Hal itu seperti yang terjadi tahun lalu, ada kebakaran hutan  hutan lereng Gunung dan Semeru. Sehingga bisa dikatakan BPBD mulai pasang kuda-kuda untuk memperkecil risiko bencana yang diprediksi akan datang.

Kepala BPBD Kota Batu Agung Sedayu mengatakan, saat musim kemarau datang hingga menyebabkan kekeringan di Kota Batu masih belum pernah terjadi. Artinya persediaan air untuk kebutuhan air minum maupun pertanian masih tercukupi. Akan tetapi, bencana alam yang sering terjadi di Kota Batu saat kemarau adalah kebakaran hutan dan angin puting beliung. Bencana tersebut hampir selalu terjadi tiap tahun.

Baca Juga:  Masa Pancaroba, Waspadai Flu-Radang Tenggorokan

“Untuk mengantisipasi kebakaran hutan kami sudah berkoordinasi dengan Perhutani. Sehingga, ketika ada laporan timbulnya titik api, kami tinggal action saja,” tegas Agung.

Titik lokasi yang dianggap memiliki indeks risiko tinggi atau rawan terjadi karhutla, berada di kawasan Gunung Panderman dan Arjuno.  Penyebabnya bakal banyak, yang jelas dimotori oleh  faktor manusia dan faktor alam.

Dijelaskan oleh Agung, faktor alam penyebab karhutla biasanya disebabkan oleh keadaan di hutan yang sangat kering. Lalu terdapat embusan angin. Sehingga menyebabkan gesekan antara ranting dengan dedaunan kering. Dari situ diketahui dan diyakini dapat menimbulkan percikan api.

Meski begitu, kata Agung, penyebab utama karhutla di Kota Batu adalah faktor manusia. “Contohnya seperti membuang puntung rokok sembarangan serta tidak dimatikan secara sempurna bekas api unggun. Itu semuanya biasanya menjadi penyebab utama,” tuturnya. Kebanyakan api unggun hanya dimatikan pada sisi atas, sementara sisi bawah belum mati secara maksimal.

Baca Juga:  BMKG Warning Potensi Hujan Angin di Sejumlah Wilayah

Untuk itu dia berpesan kepada masyarakat hutan dan pendaki gunung untuk benar-benar menjaga lingkungan. Tidak sembarangan membuang puntung rokok atau ketika membuat api unggun.

Lebih lanjut, pihaknya juga menjelaskan bahwa penyebab dari karhutla ada lagi lainnya. Yakni adanya kegiatan pembukaan lahan baru dengan cara dibakar.

“Diyakini pembukaan lahan dengan cara tersebut sangat efisien. Tapi saat di lapangan banyak yang nggak bisa mengendalikan api. Akhirnya timbul kebakaran tersebut,” tutupnya. (fif/lid)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/