BATU – Akar permasalahan menumpuknya limbah kotoran sapi di sungai di Kota Batu mulai terjawab. Salah satunya berasal dari biogas di Dusun Toyomerto, Desa Pesanggrahan, Kecamatan Batu.
Berdasarkan pantauan koran ini di Yoyomarto, sejumlah saluran air (got) penuh dengan tumpukan kotoran sapi. Tak hanya itu, warna air got di Dusun Toyomerto semuanya bewarna hijau keruh. Saat dicari titik biogas, sebenarnya hampir jeda beberapa rumah memiliki pengolahan biogas dan pupuk kompos. Akan tetapi, ada pula biogasnya yang telah lama rusak.
Temuan wartawan koran ini, tidak semua biogas milik warga yang berfungsi dengan optimal. Salah seorang warga RT 1, RW 1 Dusun Toyomerto bernama Warmi mengaku, sudah 8 bulan biogas di depan rumahnya telah rusak. “Ya, saya kurang tahu alasan rusaknya, saat mau mengolah menjadi biogas, dampaknya kotoran sapi justru terus menggumpal (tidak bisa mencair),” jelasnya.
Warmi sempat menyebutkan, sekitar 5 hingga 7 titik biogas milik warga yang tidak bisa berfungsi dengan baik. ”Ya, sebenarnya bisa segera diperbaiki. Cuma butuh beberapa paralon. Akan tetapi, orang-orang masih sibuk dan tidak ada waktu untuk memperbaikinya,” ujarnya.
Di sisi lain, warga bernama Sulastri mengatakan, sebagian warga yang biogasnya rusak pasti mencari cara agar tidak membuang limbah ke selokan. “Kalau saya pribadi dan beberapa warga memang punya aliran khusus. Jadi limbah kotoran sapi itu akan dialirkan ke tegalan (lahan). Nah, kalau orang yang tidak punya biogas lalu tidak punya aliran untuk menuju lahan, pasti membuangnya ke selokan,” ungkapnya.
Sulastri juga membenarkan, jika limbah kotoran sapi terus menerus menyumbat selokan dari Dusun Toyomerto, maka akan terus mengalir ke bawah. “Ya, ujung-ujungnya pasti menumpuk ke sungai kan. Saya berharap warga dapat segera menyempatkan waktu untuk memperbaiki biogasnya masing-masing. Agar semuanya berjalan optimal,” tutupnya. (ifa/lid)