22.8 C
Malang
Jumat, Desember 8, 2023

Musim Hujan Tiba, Butuh Alat Peringatan Banjir

SELAMA INI HANYA ANDALKAN INFORMASI MULUT KE MULUT

KOTA BATU – Musim hujan sudah tiba. Ini artinya warga Batu yang berada di daerah banjir harus selalu waspada. Karena hampir tiap tahun di Batu ada bencana banjir atau longsor. Apalagi sampai saat ini Kota Batu belum memiliki alat peringatan dini atau early warning system (EWS) bencana banjir yang bisa dipasang di daerah aliran sungai (DAS) Brantas. Adanya EWS diharapkan bisa meminimalisir jatuhnya korban, seandainya bencana banjir bandang kembali melanda Kota Batu.

Untuk diketahui, Kota Batu belum memiliki EWS banjir satu pun. Saat ini, hanya terpasang EWS untuk bencana longsor di 10 unit. Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Batu Gatot Nugroho menjelaskan, cara kerja EWS banjir ini dengan memberikan peringatan ketika ketinggian permukaan air di atas rata-rata. Karena hal itu menandakan akan adanya banjir biasa atau bahkan banjir bandang.

Baca Juga:  Jalan Letjen S Parman Mirip Sungai, Warga Bilang Itu Sih Biasa…

“Di dalam sistem itu, ketika ketinggian air melebihi batas atau tandanya akan terjadi banjir. Alat ini akan membunyikan alarm. Jadi mulai waspada, siaga sampai awas,” ujar Gatot. Dengan adanya peringatan itu, setidaknya di bagian bawah aliran sungai bisa mempersiapkan atau melakukan evakuasi sebelum datangnya banjir bandang. Sehingga tidak menunggu air datang, baru melakukan evakuasi masyarakat. “Jadi dilihat dari segi manfaat, harusnya Kota Batu harus segera memiliki alat ini. Apalagi dengan kejadian bencana tahun lalu, tentunya masyarakat tidak siap ketika banjir datang,” jelasnya.

Gatot menerangkan, pihaknya pernah mengajukan anggaran untuk pengadaan alat ini. Namun hingga saat ini, belum disetujui oleh tim anggaran Pemkot Batu. Dia memaklumi, karena harga EWS ini cukup mahal. Untuk alat yang standar, kisaran harganya mencapai Rp 200 juta. “Kalau ditambah CCTV untuk pengamanan seharga Rp 350 juta. Kami sudah pernah menyampaikan ke tim anggaran, tapi belum direalisasikan. Semoga alat ini bisa segera diwujudkan,” bebernya.

Baca Juga:  Hujan Deras, Dapur Rumah Warga Jabung, Malang Terbawa Longsor

Lebih lanjut, menurut kajian dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu, setidaknya butuh minimal dua EWS banjir. Dua titik yang akan dipasang alat tersebut rencananya di Coban Talun dan Dam Prambatan di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji. “Ketika sudah ada alatnya, selanjutnya kami juga akan memikirkan pengawasan. Seperti alat deteksi tsunami di Aceh yang hilang dicuri. Jangan sampai alat EWS ini hilang karena ulah tangan jahil,” tandasnya.

Sementara dengan belum adanya EWS banjir, BPBD Kota Batu mengandalkan masyarakat yang tergabung dalam forum pengurangan risiko bencana desa. Ketika di daerah atas sedang hujan besar, maka masyarakat akan menginformasikan melalui media sosial untuk warga di bagian bawah waspada ancaman terjadinya banjir bandang. “Sementara ya manual dari mulut ke mulut, sampai ada alatnya,” pungkas Gatot. (adk/lid)

SELAMA INI HANYA ANDALKAN INFORMASI MULUT KE MULUT

KOTA BATU – Musim hujan sudah tiba. Ini artinya warga Batu yang berada di daerah banjir harus selalu waspada. Karena hampir tiap tahun di Batu ada bencana banjir atau longsor. Apalagi sampai saat ini Kota Batu belum memiliki alat peringatan dini atau early warning system (EWS) bencana banjir yang bisa dipasang di daerah aliran sungai (DAS) Brantas. Adanya EWS diharapkan bisa meminimalisir jatuhnya korban, seandainya bencana banjir bandang kembali melanda Kota Batu.

Untuk diketahui, Kota Batu belum memiliki EWS banjir satu pun. Saat ini, hanya terpasang EWS untuk bencana longsor di 10 unit. Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Batu Gatot Nugroho menjelaskan, cara kerja EWS banjir ini dengan memberikan peringatan ketika ketinggian permukaan air di atas rata-rata. Karena hal itu menandakan akan adanya banjir biasa atau bahkan banjir bandang.

Baca Juga:  Hujan Deras, Dapur Rumah Warga Jabung, Malang Terbawa Longsor

“Di dalam sistem itu, ketika ketinggian air melebihi batas atau tandanya akan terjadi banjir. Alat ini akan membunyikan alarm. Jadi mulai waspada, siaga sampai awas,” ujar Gatot. Dengan adanya peringatan itu, setidaknya di bagian bawah aliran sungai bisa mempersiapkan atau melakukan evakuasi sebelum datangnya banjir bandang. Sehingga tidak menunggu air datang, baru melakukan evakuasi masyarakat. “Jadi dilihat dari segi manfaat, harusnya Kota Batu harus segera memiliki alat ini. Apalagi dengan kejadian bencana tahun lalu, tentunya masyarakat tidak siap ketika banjir datang,” jelasnya.

Gatot menerangkan, pihaknya pernah mengajukan anggaran untuk pengadaan alat ini. Namun hingga saat ini, belum disetujui oleh tim anggaran Pemkot Batu. Dia memaklumi, karena harga EWS ini cukup mahal. Untuk alat yang standar, kisaran harganya mencapai Rp 200 juta. “Kalau ditambah CCTV untuk pengamanan seharga Rp 350 juta. Kami sudah pernah menyampaikan ke tim anggaran, tapi belum direalisasikan. Semoga alat ini bisa segera diwujudkan,” bebernya.

Baca Juga:  Ayunan Taman Kasiman Rusak Tertimpa Pohon

Lebih lanjut, menurut kajian dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu, setidaknya butuh minimal dua EWS banjir. Dua titik yang akan dipasang alat tersebut rencananya di Coban Talun dan Dam Prambatan di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji. “Ketika sudah ada alatnya, selanjutnya kami juga akan memikirkan pengawasan. Seperti alat deteksi tsunami di Aceh yang hilang dicuri. Jangan sampai alat EWS ini hilang karena ulah tangan jahil,” tandasnya.

Sementara dengan belum adanya EWS banjir, BPBD Kota Batu mengandalkan masyarakat yang tergabung dalam forum pengurangan risiko bencana desa. Ketika di daerah atas sedang hujan besar, maka masyarakat akan menginformasikan melalui media sosial untuk warga di bagian bawah waspada ancaman terjadinya banjir bandang. “Sementara ya manual dari mulut ke mulut, sampai ada alatnya,” pungkas Gatot. (adk/lid)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/