BATU – Musim hujan membuat pelaku usaha bunga mawar potong di Dusun Kapru, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu ketirketir. Pasalnya, produksi bunga mawar semakin sedikit dan berpengaruh pada kualitas. Jika normalnya 7 ribu tangkai mawar, saat musim hujan hanya mencapai 4 ribu tangkai mawar. Meskipun produksi sedikit, kiriman ke berbagai daerah harus tetap berjalan.
Salah seorang pelaku usaha bunga mawar potong bernama Dina Nurhidayati mengatakan biasanya seminggu 3 kali memotong bunga mawar, kini seminggu hanya satu kali memotong.
Selain produksi mawar yang sedikit. Musim hujan juga berpengaruh pada kualitas mawar. Mayoritas, mudah membusuk akibat pengaruh air yang berlebih. “Jadi, saya harus mengeringkan bunga mawar dengan cara menggantungnya selama 3 jam sebelum dikemas,” ungkap warga Dusun Kapru, Desa Gunungsari ini.
Dina menyebut, meski produksi mawar sedikit, pengiriman ke berbagai daerah harus tetap berjalan. “Ya, mau tidak mau, pelaku usaha mawar harus tetap mengirimkan permintaan pesanan. Biasanya daerah Bali minta dikirim 2.500 hingga 4.000 tangkai mawar,” terangnya.
Selain itu, dia menyatakan, selama musim hujan harga mawar naik. Semula Rp 1.000 naik menjadi Rp 1.500 – Rp 2.000 per tangkainya. “Semoga saat musim hujan, pelaku usaha mawar dapat menuai pendapatan yang optimal,” harap Dina.
Di sisi lain, salah seorang pembeli mawar Elya Septar mengaku, saat stok sedikit, harga mawar pasti naik. Hal ini tentu berdampak pada pencarian warna. “Terkadang mawar merah sulit dicari. Tetapi, paling sering pembeli bucket memilih mawar pink dan putih,” terang owner bucket bunga di Desa Giripurno ini. (ifa/lid)