23.2 C
Malang
Kamis, Desember 7, 2023

Produksi Turun, Pengunjung Wisata Petik Jeruk di Malang Malah Meningkat

DAU – Petani pengelola wisata petik jeruk di Desa Selorejo, Kecamatan Dau mulai merasakan peningkatan jumlah pengunjung. Setelah sepi selama bulan puasam pengujung kembali berdatangan saat libur Lebaran. Sayangnya, produksi jeruk kurang optimal karena pengaruh cuaca.

Salah seorang pengelola wisata petik jeruk Selorejo Suwaji mengungkapkan, jika musim panen cuaca sedang bagus, satu pohon berusia lebih dari tujuh tahun bisa menghasilkan antara 50 hingga 80 kilogram jeruk. “Kalau sering hujan begini, satu pohon hanya berbuah antara 25 hingga 40 kilogram saja,” ujarnya, Minggu (30/4).

Penurunan produksi jeruk yang dipengaruhi oleh cuaca tersebut diakui Suwaji belum ada solusinya. “Kami tidak bisa melakukan intervensi lain. Kami biarkan seperti itu saja,” imbuhnya.

Baca Juga:  Wisata Gunung Bromo Dibuka Lagi, TNBTS Larang Lansia dan Bumil Masuk

Padahal, biaya produksi dalam satu tahun juga terhitung tinggi. Terlebih untuk pupuk dan pestisida yang bisa mencapai Rp 127-138 juta untuk lahan dengan luas sekitar 2 hektare. “Untuk pupuk, kami menggunakan NPK yang sekali pemupukan menghabiskan Rp 11 juta. Sedangkan, dalam satu tahun memerlukan dua sampai tiga kali pemupukan,” ungkap Suwaji. Sedangkan untuk satu kali penyemprotan pestisida, dia bisa menghabiskan Rp 3,5 juta. Padahal, dalam satu tahun memerlukan hingga 30 kali penyemprotan.

Meski begitu, laki-laki berusia 47 tahun itu tak menaikkan harga pendaftaran wisata petik jeruk senilai Rp 20 ribu per orang. Sebab hal itu dapat mengurangi minat wisatawan. Sehingga, dia hanya bergantung pada wisatawan yang membeli atau memetik jeruk untuk dibawa pulang.

Baca Juga:  Lima Warga Terkonfirmasi Positif Covid-19, Bunulrejo PSBL Lagi

“Kalau ambil langsung di kebun dan dibawa pulang, kami beri harga Rp 8.000 untuk jeruk peras dan Rp 15.000 untuk jeruk kupas,” kata dia. Sedangkan, jika membeli di toko atau tempat pendaftaran, harganya dikurangi Rp 2.000.

Beruntung, setelah sepi saat Ramadan, jumlah pengunjungnya kembali ramai. Dalam satu hari, bisa ada 100 orang yang berkunjung. Hampir 80 persen berasal dari luar kota, seperti Sidoarjo, Gresik, Surabaya, atau Tuban. (yun/nay)

DAU – Petani pengelola wisata petik jeruk di Desa Selorejo, Kecamatan Dau mulai merasakan peningkatan jumlah pengunjung. Setelah sepi selama bulan puasam pengujung kembali berdatangan saat libur Lebaran. Sayangnya, produksi jeruk kurang optimal karena pengaruh cuaca.

Salah seorang pengelola wisata petik jeruk Selorejo Suwaji mengungkapkan, jika musim panen cuaca sedang bagus, satu pohon berusia lebih dari tujuh tahun bisa menghasilkan antara 50 hingga 80 kilogram jeruk. “Kalau sering hujan begini, satu pohon hanya berbuah antara 25 hingga 40 kilogram saja,” ujarnya, Minggu (30/4).

Penurunan produksi jeruk yang dipengaruhi oleh cuaca tersebut diakui Suwaji belum ada solusinya. “Kami tidak bisa melakukan intervensi lain. Kami biarkan seperti itu saja,” imbuhnya.

Baca Juga:  Lima Warga Terkonfirmasi Positif Covid-19, Bunulrejo PSBL Lagi

Padahal, biaya produksi dalam satu tahun juga terhitung tinggi. Terlebih untuk pupuk dan pestisida yang bisa mencapai Rp 127-138 juta untuk lahan dengan luas sekitar 2 hektare. “Untuk pupuk, kami menggunakan NPK yang sekali pemupukan menghabiskan Rp 11 juta. Sedangkan, dalam satu tahun memerlukan dua sampai tiga kali pemupukan,” ungkap Suwaji. Sedangkan untuk satu kali penyemprotan pestisida, dia bisa menghabiskan Rp 3,5 juta. Padahal, dalam satu tahun memerlukan hingga 30 kali penyemprotan.

Meski begitu, laki-laki berusia 47 tahun itu tak menaikkan harga pendaftaran wisata petik jeruk senilai Rp 20 ribu per orang. Sebab hal itu dapat mengurangi minat wisatawan. Sehingga, dia hanya bergantung pada wisatawan yang membeli atau memetik jeruk untuk dibawa pulang.

Baca Juga:  Khawatir Rekayasa, Keluarga Korban Batalkan Otopsi

“Kalau ambil langsung di kebun dan dibawa pulang, kami beri harga Rp 8.000 untuk jeruk peras dan Rp 15.000 untuk jeruk kupas,” kata dia. Sedangkan, jika membeli di toko atau tempat pendaftaran, harganya dikurangi Rp 2.000.

Beruntung, setelah sepi saat Ramadan, jumlah pengunjungnya kembali ramai. Dalam satu hari, bisa ada 100 orang yang berkunjung. Hampir 80 persen berasal dari luar kota, seperti Sidoarjo, Gresik, Surabaya, atau Tuban. (yun/nay)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/