22.5 C
Malang
Jumat, Desember 8, 2023

Nikah Muda Picu Lahirkan Bayi Stunting

MALANG KOTA – Berbagai upaya dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Malang untuk menekan angka stunting (pertumbuhan terhambat). Mulai edukasi calon ibu, melakukan cek kesehatan terhadap pasangan yang akan menikah, hingga mencegah pernikahan dini atau nikah muda.

Strategi pencegahan stunting itu disampaikan oleh Wakil Wali Kota Malang Sofyan Edi Jarwoko. “Kami sudah memegang data bayi atau anak yang dinyatakan stunting. Sekarang kami ingin mengidentifikasi penyebab, termasuk tindak lanjutnya,” ujar Edi.

Sesuai data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang, jumlah bayi yang teridentifikasi mengalami stunting sekitar 1.488 bayi. Angka ini sudah menyusut dibanding beberapa bulan lalu. Pada awal Mei lalu masih berkisar 9,9 persen, kini hanya tersisa 9,5 persen.

Baca Juga:  14.211,3 Meter Persegi PSU dari 10 Pengembang Diserahkan ke Pemkot

Politikus Partai Golkar tersebut menambahkan, pola penanganan stunting disesuaikan dengan penyebabnya. “Misalnya ada ibu yang melahirkan pada usia kurang dari 17 tahun, ketidaksiapan ibu, ekonomi, dan lingkungan,” bebernya.

Untuk itu, kata dia, perlu edukasi kepada calon ibu agar mereka mengerti cara merawat anak. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari peran berbagai perangkat daerah, terkait termasuk dinkes. Menurut Edi, penting bagi calon ibu untuk mengetahui waktu kehamilan yang pas dan sesuai anjuran. Yakni, tidak terlalu muda ataupun tidak terlalu tua.

Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Malang dr Husnul Muarif menambahkan, stunting sangat mungkin dicegah. Di antaranya dengan konsultasi pernikahan terkait kesehatan reproduksi. “Ada instruksi wali kota Nomor 1 Tahun 2022 yang menyatakan surat keterangan sehat untuk calon pengantin dari puskesmas. Nanti, catin diperiksa Hb, gizi, hingga lingkar lengan atas,” kata mantan Direktur RSUD Kota Malang itu.

Baca Juga:  Hubungan Seksual Masih Dominasi Penularan

Yang bisa diintervensi oleh dinkes, kata dokter Husnul, salah satunya mengontrol gizi. Dengan makanan-makanan tambahan. “Yang terpenting sudah tahu penyebabnya, sehingga bisa merumuskan suplemen. Misalnya karbonya kurang berapa, proteinnya kurang berapa,” tandasnya. (mel/dan)

MALANG KOTA – Berbagai upaya dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Malang untuk menekan angka stunting (pertumbuhan terhambat). Mulai edukasi calon ibu, melakukan cek kesehatan terhadap pasangan yang akan menikah, hingga mencegah pernikahan dini atau nikah muda.

Strategi pencegahan stunting itu disampaikan oleh Wakil Wali Kota Malang Sofyan Edi Jarwoko. “Kami sudah memegang data bayi atau anak yang dinyatakan stunting. Sekarang kami ingin mengidentifikasi penyebab, termasuk tindak lanjutnya,” ujar Edi.

Sesuai data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang, jumlah bayi yang teridentifikasi mengalami stunting sekitar 1.488 bayi. Angka ini sudah menyusut dibanding beberapa bulan lalu. Pada awal Mei lalu masih berkisar 9,9 persen, kini hanya tersisa 9,5 persen.

Baca Juga:  8 Bulan, Catat 42 Kasus Kanker Serviks

Politikus Partai Golkar tersebut menambahkan, pola penanganan stunting disesuaikan dengan penyebabnya. “Misalnya ada ibu yang melahirkan pada usia kurang dari 17 tahun, ketidaksiapan ibu, ekonomi, dan lingkungan,” bebernya.

Untuk itu, kata dia, perlu edukasi kepada calon ibu agar mereka mengerti cara merawat anak. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari peran berbagai perangkat daerah, terkait termasuk dinkes. Menurut Edi, penting bagi calon ibu untuk mengetahui waktu kehamilan yang pas dan sesuai anjuran. Yakni, tidak terlalu muda ataupun tidak terlalu tua.

Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Malang dr Husnul Muarif menambahkan, stunting sangat mungkin dicegah. Di antaranya dengan konsultasi pernikahan terkait kesehatan reproduksi. “Ada instruksi wali kota Nomor 1 Tahun 2022 yang menyatakan surat keterangan sehat untuk calon pengantin dari puskesmas. Nanti, catin diperiksa Hb, gizi, hingga lingkar lengan atas,” kata mantan Direktur RSUD Kota Malang itu.

Baca Juga:  Pemkot Malang Fasilitasi Puluhan Pelaku UKM Urus Legalitas Produk

Yang bisa diintervensi oleh dinkes, kata dokter Husnul, salah satunya mengontrol gizi. Dengan makanan-makanan tambahan. “Yang terpenting sudah tahu penyebabnya, sehingga bisa merumuskan suplemen. Misalnya karbonya kurang berapa, proteinnya kurang berapa,” tandasnya. (mel/dan)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/