23 C
Malang
Sabtu, Desember 9, 2023

Maunya Dapat Cuan Besar,Industri & Jasa Travel malah Terpukul Rupiah Melemah

MALANG KOTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (USD) melemah hingga ke posisi Rp 15 ribu sejak 6 Juli lalu. Kondisi itu sudah dirasakan memukul beberapa sektor ekonomi sebagai imbas kenaikan harga. Termasuk industri-industri di Kota Malang yang sebagian besar masih mengandalkan bahan baku impor.

Ketua asosiasi pengusaha Indonesia (Apindo) kota Malang Chondro Utomo mengatakan, selama sepekan terakhir para pengusaha sudah merasakan dampak atas rupiah yang semakin loyo. ”Mengingat sebagian besar dari kita jualannya masih barang impor dan komponen barangnya juga impor,” katanya. Menurut Chondro, material komponen kimia di Kota Malang masih sepenuhnya bergantung impor. Misalnya tinta, kain, plastik, dan aluminium foil. Dampak dari kurs rupiah yang terus anjlok, kenaikan harga komponen semacam itu sudah signifikan. Kisarannya di atas 10 persen.

Kondisi semacam itu dirasakan sangat berat bagi pengusaha ”Karena harga komponen yang naik mengakibatkan biaya produksi dan distribusi ikut naik. Sedangkan daya beli masyarakat masih turun sehingga harga masih belum bisa kami naikkan,” ujarnya. Chondro berharap lemahnya nilai tukar rupiah ini hanya berlangsung sementara. Jika berlarut-larut, hal itu benar-benar menjadi dilema bagi pengusaha. Mereka tertekan biaya operasional akibat naiknya harga bahan baku tanpa bisa menyesuaikan harga jual produk. ”Mengingat daya beli masyarakat belum membaik, kami masih menahan harga untuk tidak naik dengan mengurangi biaya-biaya lainnya. Tapi itu bisa kami lakukan kalau pelemahan rupiah itu bersifat sementara,” kata Chondro.

Pelemahan rupiah juga berdampak pada biaya penyelenggaraan haji khusus atau ONH plus. Sebab, seluruh biaya penyelenggaraannya dihitung berdasar mata uang USD. Seperti dituturkan Direktur Agung Wisata Tour & Travel Maya Yusuf, sejak kurs USD tembus Rp 15 ribu, ada biaya tambahan sekitar USD 1.400 per orang. ”Semula tarif haji ONH plus sekitar USD 14.000. Kini menjadi USD 15.400. Tambahan itu terjadi akibat kenaikan biaya operasional, khususnya biaya hotel di Arab Saudi, tiket penerbangan, dan operasional lainnya,” terang Maya. Jika ditambah dengan pelemahan kurs rupiah, kenaikan biaya ONH plus itu semakin terasa. Jika kurs tidak berubah hingga tahun depan, maka calon jamaah haji khusus harus menyiapkan dana sebesar Rp 231 juta per orang. Jika yang berangkat pasangan suami istri, setidaknya mereka harus menyiapkan dana hampir setengah miliar rupiah karena pasti ada tambahan biaya untuk kebutuhan personal.

Baca Juga:  Porsche Tambah Modal USD 84 Juta untuk Supercar Listrik Bugatti

Hal yang sama diungkapkan salah seorang pelaku usaha di bidang haji dan umrah Dhenny Wijaya. Dia mengatakan, efek pelemahan kurs rupiah akan semakin terasa pada Agustus 2022 hingga 2023 mendatang. Dia menjelaskan, saat ini perusahaan biro perjalanan masih ada yang mematok biaya ONH plus sekitar USD 13.000. Dengan asumsi kurs USD 1 sama dengan Rp 15 ribu, maka seorang calon jamaah haji khusus harus menyiapkan biaya minimal Rp 195 juta rupiah. Itu belum termasuk kenaikan biaya operasional di Arab Saudi yang kemungkinan naik 15 hingga 20 persen ”Pengaruhnya jelas pada tiket pesawat, hotel, hingga akomodasi. Yang paling berat tentunya tiket pesawat,” ujar Manager PT Happy Prima Tour Travel Malang itu.

Terkait dampaknya terhadap peminat haji khusus, Dhenny mengaku tidak bisa melakukan generalisasi. Yang pasti, sudah ada beberapa calon jamaah yang melakukan pembatalan karena berbagai macam faktor. Namun itu terjadi di luar Kota Malang. Sementara di kantor cabang Malang belum ada yang menarik dana setoran awal. Dhenny menyebutkan, untuk tahun ini pihaknya memberangkatkan 20 orang jamaah haji khusus. Jumlah itu menurun jika dibandingkan musim haji sebelumnya yang rata-rata memberangkatkan 40-50 calon jamaah. Untuk mengantisipasi tambahan biaya operasional pada musim haji mendatang, pihaknya sudah melakukan antisipasi. Salah satunya dengan memesan tiket pesawat dengan harga saat ini. ”Karena high season tiket pesawat pada pertengahan November sampai Januari. Kalau perlengkapan seperti koper bisa disiasati sedikit, tapi tidak tahu lagi misalnya harganya ikut naik,” pungkasnya.

Baca Juga:  TPU Kasin, Wisata Religi yang Tertunda

Sementara itu ekonom menilai pelemahan rupiah yang tembus Rp 15 ribu per USD bisa memicu berbagai ekses negatif ke perekonomian. Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB) Hendi Subandi SE MA mengatakan, kenaikan rupiah bisa berdampak pada sejumlah aspek. Salah satunya kenaikan produk impor yang akan mempengaruhi harga jual produk di tingkat konsumen. “Hal ini juga memicu peningkatan terhadap inflasi yang sudah merangkak naik,” ujarnya.

Pelemahan rupiah juga mempengaruhi sektor industri manufaktur. Seperti industri tekstil, elektronik, kimia, dan kendaraan bermotor. Karena sebagian besar mengandalkan bahan baku impor. “Ditambah lagi jika Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan sebagai upaya meredam gejolak rupiah, maka bunga kredit semakin merepotkan masyarakat. Jika situasi ini tidak dikelola dengan baik, maka dapat berpotensi melebar pada aspek lainnya, seperti ketenagakerjaan, kredit macet, dan lain-lain,” jelas Hendi. (mit/mel/fat)

 

MALANG KOTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (USD) melemah hingga ke posisi Rp 15 ribu sejak 6 Juli lalu. Kondisi itu sudah dirasakan memukul beberapa sektor ekonomi sebagai imbas kenaikan harga. Termasuk industri-industri di Kota Malang yang sebagian besar masih mengandalkan bahan baku impor.

Ketua asosiasi pengusaha Indonesia (Apindo) kota Malang Chondro Utomo mengatakan, selama sepekan terakhir para pengusaha sudah merasakan dampak atas rupiah yang semakin loyo. ”Mengingat sebagian besar dari kita jualannya masih barang impor dan komponen barangnya juga impor,” katanya. Menurut Chondro, material komponen kimia di Kota Malang masih sepenuhnya bergantung impor. Misalnya tinta, kain, plastik, dan aluminium foil. Dampak dari kurs rupiah yang terus anjlok, kenaikan harga komponen semacam itu sudah signifikan. Kisarannya di atas 10 persen.

Kondisi semacam itu dirasakan sangat berat bagi pengusaha ”Karena harga komponen yang naik mengakibatkan biaya produksi dan distribusi ikut naik. Sedangkan daya beli masyarakat masih turun sehingga harga masih belum bisa kami naikkan,” ujarnya. Chondro berharap lemahnya nilai tukar rupiah ini hanya berlangsung sementara. Jika berlarut-larut, hal itu benar-benar menjadi dilema bagi pengusaha. Mereka tertekan biaya operasional akibat naiknya harga bahan baku tanpa bisa menyesuaikan harga jual produk. ”Mengingat daya beli masyarakat belum membaik, kami masih menahan harga untuk tidak naik dengan mengurangi biaya-biaya lainnya. Tapi itu bisa kami lakukan kalau pelemahan rupiah itu bersifat sementara,” kata Chondro.

Pelemahan rupiah juga berdampak pada biaya penyelenggaraan haji khusus atau ONH plus. Sebab, seluruh biaya penyelenggaraannya dihitung berdasar mata uang USD. Seperti dituturkan Direktur Agung Wisata Tour & Travel Maya Yusuf, sejak kurs USD tembus Rp 15 ribu, ada biaya tambahan sekitar USD 1.400 per orang. ”Semula tarif haji ONH plus sekitar USD 14.000. Kini menjadi USD 15.400. Tambahan itu terjadi akibat kenaikan biaya operasional, khususnya biaya hotel di Arab Saudi, tiket penerbangan, dan operasional lainnya,” terang Maya. Jika ditambah dengan pelemahan kurs rupiah, kenaikan biaya ONH plus itu semakin terasa. Jika kurs tidak berubah hingga tahun depan, maka calon jamaah haji khusus harus menyiapkan dana sebesar Rp 231 juta per orang. Jika yang berangkat pasangan suami istri, setidaknya mereka harus menyiapkan dana hampir setengah miliar rupiah karena pasti ada tambahan biaya untuk kebutuhan personal.

Baca Juga:  Mendag Lutfi Minta Distributor Migor Percepat Pasok Migor ke Pasar

Hal yang sama diungkapkan salah seorang pelaku usaha di bidang haji dan umrah Dhenny Wijaya. Dia mengatakan, efek pelemahan kurs rupiah akan semakin terasa pada Agustus 2022 hingga 2023 mendatang. Dia menjelaskan, saat ini perusahaan biro perjalanan masih ada yang mematok biaya ONH plus sekitar USD 13.000. Dengan asumsi kurs USD 1 sama dengan Rp 15 ribu, maka seorang calon jamaah haji khusus harus menyiapkan biaya minimal Rp 195 juta rupiah. Itu belum termasuk kenaikan biaya operasional di Arab Saudi yang kemungkinan naik 15 hingga 20 persen ”Pengaruhnya jelas pada tiket pesawat, hotel, hingga akomodasi. Yang paling berat tentunya tiket pesawat,” ujar Manager PT Happy Prima Tour Travel Malang itu.

Terkait dampaknya terhadap peminat haji khusus, Dhenny mengaku tidak bisa melakukan generalisasi. Yang pasti, sudah ada beberapa calon jamaah yang melakukan pembatalan karena berbagai macam faktor. Namun itu terjadi di luar Kota Malang. Sementara di kantor cabang Malang belum ada yang menarik dana setoran awal. Dhenny menyebutkan, untuk tahun ini pihaknya memberangkatkan 20 orang jamaah haji khusus. Jumlah itu menurun jika dibandingkan musim haji sebelumnya yang rata-rata memberangkatkan 40-50 calon jamaah. Untuk mengantisipasi tambahan biaya operasional pada musim haji mendatang, pihaknya sudah melakukan antisipasi. Salah satunya dengan memesan tiket pesawat dengan harga saat ini. ”Karena high season tiket pesawat pada pertengahan November sampai Januari. Kalau perlengkapan seperti koper bisa disiasati sedikit, tapi tidak tahu lagi misalnya harganya ikut naik,” pungkasnya.

Baca Juga:  TPU Kasin, Wisata Religi yang Tertunda

Sementara itu ekonom menilai pelemahan rupiah yang tembus Rp 15 ribu per USD bisa memicu berbagai ekses negatif ke perekonomian. Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB) Hendi Subandi SE MA mengatakan, kenaikan rupiah bisa berdampak pada sejumlah aspek. Salah satunya kenaikan produk impor yang akan mempengaruhi harga jual produk di tingkat konsumen. “Hal ini juga memicu peningkatan terhadap inflasi yang sudah merangkak naik,” ujarnya.

Pelemahan rupiah juga mempengaruhi sektor industri manufaktur. Seperti industri tekstil, elektronik, kimia, dan kendaraan bermotor. Karena sebagian besar mengandalkan bahan baku impor. “Ditambah lagi jika Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan sebagai upaya meredam gejolak rupiah, maka bunga kredit semakin merepotkan masyarakat. Jika situasi ini tidak dikelola dengan baik, maka dapat berpotensi melebar pada aspek lainnya, seperti ketenagakerjaan, kredit macet, dan lain-lain,” jelas Hendi. (mit/mel/fat)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/